![]() |
Desa Wisata Jamu Kiringan pun diklaim sebagai yang terbesar di Indonesia. |
JamuDigital.Com- MEDIA JAMU, NOMOR SATU. Padukuhan Kiringan di Kalurahan Canden Kapanewon Jetis, telah ditetapkan sebagai Desa Wisata Jamu di Kabupaten Bantul sejak tahun 2016 lalu. Desa Wisata Jamu Kiringan pun diklaim sebagai yang terbesar di Indonesia.
Setidaknya 130 warga yang tergabung dalam Koperasi Seruni Putih telah memproduksi jamu tradisional dan menjajakannya baik di lingkup dalam Kabupaten hingga ke berbagai provinsi di Indonesia.
Ketua Koperasi Seruni Putih Murjiyati menceritakan, meski telah ditetapkan sebagai desa wisata pada tahun 2016 silam, namun jauh puluhan tahun sebelumnya warga Kiringan sudah memproduksi berbagai olahan jamu.
Dikatakannya, keahlian meramu jamu ini merupakan warisan dari nenek Moyang. Sekitar tahun 1947 seorang bernama Mbah Djoparto yang pertama kali meracik dan menjual jamu di Kiringan.
"Seiring berjalannya waktu, Mbah Djoparto menularkan ilmunya ke tetangga dan anak cucunya. Dari awalnya 15 orang saat ini sudah berjumlah 132 orang," ujarnya saat ditemui Rabu (12/10/2022).
Jamu yang jadi ciri khas Kiringan adalah kunyit asam dan beras kencur, selain olahan-olahan jamu lainnya.
Yang semula para penjualnya merupakan penjual jamu gendong, saat ini mereka sudah menggunakan sepeda motor untuk menjajakan jamunya, walaupun masih banyak juga yang masih menggunakan sepeda kayuh.
Seiring berkembangnya teknik pembuatan jamu, kini varian produk jamu di Kiringan pun bermacam-macam seperti sirup jamu, selai, jamu botolan, hingga jamu instan.
"Setelah menjadi desa wisata jamu, semakin banyak wisatawan yang datang, termasuk dari mancanegara. Mahasiswa juga banyak datang ke sini untuk belajar membuat jamu," imbuhnya.
Menurutnya, saat ini penjual jamu tidak hanya dari kalangan ibu-ibu saja. Bahkan para anak muda pun sudah mulai turut terjun memasarkan jamu Kiringan secara online.
- Berita Terkait: Kabar dari Jepang: Kandidat Doktor Riset Potensi Jamu
- Berita Terkait: Nyeri DOMS Setelah Olaharaga, Tidak Perlu Khawatir. OMAI HerbaPAIN, Solusi Tepat Atasi Nyeri
- Berita Terkait: Kisah NOSTEO dan NOKILIR Diperkenalkan Kepada Pendekar SH Terate Jawa Tengah
Selain itu jamu Kiringan juga sudah merambah ke supermarket dan sering pula ikut serta dalam pameran, termasuk menyediakan jamu di hotel-hotel.
Meski demikian, masih ada pula penjual jamu keliling. Bahkan masih ada yang menjajakan jamu dengan sepeda kayuh ke luar Kapanewon Jetis. Seperti Imogiri, wilayah Parangtritis, jalan Samas hingga sampai ke kawasan Bendungan Kamijoro.
"Dari jamu kita bisa menghidupi seluruh keluarga hingga anak-anak bisa jadi dokter, insinyur juga ada. Yang penting tidak malu, dengan jualan jamu bisa menyekolahkan anak sampai jadi mahasiswa," bebernya.
Ditengah capaian Desa Wisata Jamu Kiringan, Murjiyati menyatakan bahwa masih ada kendala yang dihadapi para pembua jamu, yakni dalam hal ketersediaan bahan baku.
Saat ini bahan baku membuat jamu masih dibeli dari daerah lain seperti di Pasar Imogir hingga Pasar Bringharjo.
"Soalnya kita belum punya lahan untuk menanam bahan baku jamu. Karena lahan sawah hanya ditanami padi, kalau ditanami tanaman jamu belum bisa karena tanahnya kan becek. Dari sini hanya jeruk nipis, daun pepaya sama empon-empon sedikit. Tapi ada juga yang menyetor bahan baku kesini seperti dari Kulon Progo sampai Temanggung ada," urainya.
Salah satu penjual jamu di Kiringan, Sutinah (55) mengatakan bahwa ia sudah menjual samu sejak 30 tahun lalu. Jamu yang dijual seperti beras kencur, jamu daun pepaya hingga jamu pegel linu.
Setiap pagi, pukul 05.30 dirinya sudah mengayuh sepeda untuk menjajakan jamu. Biasanya sekitar pukul 11.00-12.00 jamu yang ia jual sudah habis.
"Saya jual ke daerah Sriharjo Imogiri. Pakai sepeda onthel, adanya itu. Di sana saya mangkal dan sudah banyak pelanggan. Semua penjual jamu sudah ada pelanggannnya masing-masing," ujarnya. (Sumber Berita: https://jogja.tribunnews.com/2022/10/12/transformasi-jamu-tradisional-di-padukuhan-kiringan-bantul ).