![]() |
Krisis hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu hipertensi emergensi dan urgensi. |
JamuDigital.Com- MEDIA JAMU, NOMOR SATU. Krisis hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu hipertensi emergensi dan urgensi. Kondisi ini ditandai dengan peningkatan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba dan parah.
Penderitanya perlu diberikan obat-obatan penurun tekanan darah dan dirawat inap di rumah sakit untuk memantau kemungkinan adanya kerusakan organ. Hipertensi emergensi dan urgensi adalah krisis hipertensi yang bisa berakibat fatal jika tak ditangani.
Tekanan darah tinggi (hipertensi) terjadi ketika tekanan di pembuluh darah terlalu tinggi (140/90 mmHg atau lebih). Apabila tidak ditangani dengan benar, kondisi ini bisa menimbulkan krisis hipertensi yang terbagi menjadi dua jenis, yaitu hipertensi emergensi dan urgensi.
Yuk, pahami apa itu krisis hipertensi, penyebab, gejala, dan cara mengatasinya.
Pengertian hipertensi emergensi dan urgensi
Krisis hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba dan parah. Pada kondisi ini, pembacaan tekanan darah bisa mencapai 180/120 mmHg atau bahkan lebih.
Perlu diingat, krisis hipertensi adalah kondisi darurat yang perlu segera ditangani karena dapat memicu serangan jantung, stroke, atau kondisi fatal lainnya.
Sebagai informasi, tekanan darah tinggi yang parah bisa merusak pembuluh darah dan organ-organ dalam tubuh, contohnya jantung, otak, ginjal dan mata.
Selama mengalami krisis hipertensi, jantung kemungkinan tidak mampu memompa darah secara efektif.
Berikut adalah dua jenis krisis hipertensi yang perlu Anda waspadai.
Hipertensi urgensi
Hipertensi urgensi adalah kondisi saat tekanan darah mencapai 180/120 mmHg, tetapi tidak disertai dengan tanda-tanda kerusakan pada organ tubuh.
Hipertensi emergensi
Hipertensi emergensi adalah kondisi saat tekanan darah mencapai 180/120 mmHg atau lebih dan disertai dengan kerusakan organ tubuh yang mengancam jiwa.
Penyebab krisis hipertensi
Berikut adalah sejumlah kemungkinan penyebab tekanan darah tinggi urgensi dan emergensi.
- Lupa minum obat-obatan tekanan darah
- Menghentikan konsumsi obat-obatan jantung secara tiba-tiba, seperti beta-blocker
- Interaksi obat-obatan
- Memiliki tumor di kelenjar adrenal (pheochromocytoma).
Gejala krisis hipertensi
Berikut adalah beberapa gejala krisis hipertensi yang perlu diwaspadai.
- Gangguan kecemasan
- Penglihatan buram
- Nyeri dada
- Kebingungan
- Mual dan muntah
- Tidak merespons terhadap stimulasi
- Kejang
- Sakit kepala parah
- Sesak napas.
Cara mengatasi hipertensi emergensi dan urgensi
Tujuan utama dari penanganan hipertensi emergensi dan urgensi adalah mengembalikan tekanan darah ke angka yang aman.
- Berita Terkait: 5 Manfaat Kemangi, Redakan Stres dan Hipertensi
- Berita Terkait: Beli NOSTEO dan NOKILIR dari Brunei. Wow Era Digital...Makin Asyik
- Berita Terkait: 50 Tahun Dexa Group dan Kemenlu Sosialisasikan Gaya Hidup Sehat
Akan tetapi, dokter bisa menurunkan tekanan darah pasien dengan lebih cepat ataupun lambat. Keputusan ini dipengaruhi oleh kondisi medis lain yang diderita pasien.
Sebagai contoh, jika pasien menderita perdarahan otak atau stroke iskemik, maka dokter akan menurunkan tekanan darah dengan target sebanyak 15 persen dalam satu jam pertama.
Pada penderita ensefalopati hipertensi, dokter akan menurunkan tekanan darah dengan target sebesar 20-25 persen selama beberapa jam pertama.
Setelah itu, barulah dokter akan menurunkan tekanan darah pasien lebih banyak selama beberapa jam atau hari ke depan.
Penurunan tekanan darah secara bertahap ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa organ dalam tubuh pasien bisa mendapatkan pasokan darah yang cukup.
Pasalnya, menurunkan tekanan darah terlalu cepat ketika pasien tidak mengalami kerusakan organ dapat mengakibatkan jumlah darah yang mencapai ke organ terlalu sedikit.
Berbeda ceritanya apabila pasien mengidap kondisi tertentu, seperti diseksi aorta, edema paru akut, atau sindrom koroner akut. Dalam kasus-kasus ini, dokter akan menurunkan tekanan darah dengan cepat.
Tergantung dari jenis krisis hipertensi yang diderita, pasien mungkin juga memerlukan perawatan di rumah sakit. Berikut adalah penjelasannya.
Pasien hipertensi emergensi
Dokter akan membawa pasien ke ruangan perawatan intensif (ICU) untuk dilakukan penanganan. Di rumah sakit, dokter akan terus memantau tekanan darah dan memberikan obat-obatan melalui infus.
Pasien hipertensi urgensi
Dokter akan memberikan obat-obatan penurun tekanan darah kepada pasien secara oral atau minum. Setelah itu, pasien diperbolehkan untuk pulang, tapi perlu melakukan kontrol dengan dokter selama beberapa hari ke depan. (Sumber Berita: https://www.sehatq.com/artikel/hipertensi-emergensi-sebabkan-kerusakan-organ-apa-yang-jadi-penyebabnya ). Redaksi JamuDigital.Com