Optimalkan Kesehatan Masyarakat, Mahasiswa UNAIR Gelar Program Suluh TBC dan Stunting
Tanggal Posting : Kamis, 25 Januari 2024 | 13:50
Liputan : Redaksi JamuDigital.com - Dibaca : 412 Kali
Optimalkan Kesehatan Masyarakat, Mahasiswa UNAIR Gelar Program Suluh TBC dan Stunting
Mahasiswa UNAIR memaksimalkan program suluh tuberculosis (TBC) dan stunting di Desa Gedangkulut, Gresik

JamuDigital.Com- MEDIA JAMU, NOMOR SATU. Mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) memaksimalkan program suluh tuberculosis (TBC) dan stunting di Desa Gedangkulut, Gresik. Kegiatan tersebut terselenggara dalam serangkaian Kuliah Kerja Nyata Belajar Bersama Komunitas (KKN BBK) UNAIR Ke-3, Minggu, 21 Januari 2024.

M. Ariel Kafilla Shofa, selaku ketua pelaksana pada Senin, 22 Januari 2024 mengatakan, "kami merasa program ini sangat penting melihat saat ini dinas kesehatan juga gencar menuntaskan TBC."

Ariel juga menuturkan kelompoknya telah melakukan survei dan koordinasi dengan pemangku serta tim kesehatan desa setempat. Pihaknya memperoleh data bahwa masih banyak kasus TBC dan Stunting yang terjadi di daerah tersebut. 

"Setelah survei dan penelusuran ke masyarakat juga, kita mendapatkan bahwa bapak ibu di sini belum tau dengan jelas mengenai penyakit TBC itu sendiri. Banyak terjadi mispersepsi mengenai kondisi penyakit," tuturnya.

Dikutip dari website UNAIR, dengan begitu, Ariel dan kelompok menyusun satu program utama untuk menuntaskan permasalahan tersebut melalui program suluh. Program itu menyasar kepada seluruh warga desa dengan serangkaian cek kesehatan serta edukasi dini Tuberkulosis dan Stunting. 

"Masyarakat antusias dengan agenda yang kami laksanakan. Terutama cek kesehatan gratisnya yang dihadiri oleh 39 orang yang rata-rata berusia lansia," imbuhnya.

Program Tuberkulosis 

Pada implementasikan program kerjanya, Ariel dan tim turut memberikan edukasi mengenai TBC yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis.TBC dapat dideteksi menggunakan tes dahak. 

Gejala TBC seperti batuk terus menerus disertai dengan dahak. Penurunan berat badan dan hilangnya nafsu makan. Beberapa kasus juga disertai dengan sesak napas.

"Obat dari TBC hanya dengan mengonsumsi obat anti tuberkulosis yang harus habis seluruhnya saat fase pengobatan kurang lebih enam bulan," ujar Ariel.

Konsumsi obat TBC sendiri harus secara rutin. Jika terdapat keterlambatan maka akan berpotensi menyebabkan resistensi obat. Resistensi obat tersebut akan mempengaruhi proses pengobatan dengan penggantian jenis obat yang jumlahnya lebih banyak.

Program Stunting

Selain program TBC, Ariel dan tim juga memberikan penyuluhan dini mengenai stunting. Hal tersebut menjadi salah satu upaya untuk menekan kasus kurangnya permasalahan gizi pada balita yang masih ada di desa tersebut. 

"Kami memberikan gambaran ringkas mengenai stunting dan hal-hal yang dapat kita lakukan untuk mengatasi serta mencegahnya," ucapnya.

Ariel menambahkan mengenai permasalahan kurang gizi pada anak itu menyebabkan anak mudah sakit, tumbuh kembang yang terhambat dan kemampuan kognitif yang berkurang.

"Pencegahannya sendiri dapat kita lakukan sedari dini dengan meningkatkan kesehatan dan konsumsi gizi seimbang oleh ibu hamil," pungkasnya. Redaksi JamuDigital.Com


Kolom Komentar
Berita Terkait

JAMU DIGITAL: MEDIA JAMU, NOMOR SATU

Tentang Kami

@ Copyright 2024. All Right Reserved.  www.jamudigital.com

  Link Media Sosial Jamu Digital: