Makin Banyak IRT Budidaya Tanaman Obat
Tanggal Posting : Kamis, 10 Februari 2022 | 09:10
Liputan : Redaksi JamuDigital.Com - Dibaca : 1252 Kali
Makin Banyak IRT Budidaya Tanaman Obat
Ibu rumah tangga (IRT) di Desa Jugo, Kecamatan Sekaran, dan sekitarnya diberdayakan menanam tanaman jamu.

JamuDigital.Com- MEDIA JAMU, NOMOR SATU. Gerakan Lamongan Herbs Garden lahir saat pandemi COVID-19 merebak dua tahun lalu. Ibu rumah tangga (IRT) di Desa Jugo, Kecamatan Sekaran, dan sekitarnya diberdayakan menanam tanaman jamu. Tujuannya agar mereka mendapatkan penghasilan dari kebunnya masing-masing.

JAMU herbal banyak diburu masyarakat saat pandemi COVID-19 pada 2020. Sebab, minuman dari tanaman herbal mampu meningkatkan kekebalan tubuh. Endang Dzunuraini, Sri Diastutik, dan Sahlan Yahya membaca peluang potensial dari pengembangan tanaman herbal. 

Ketiganya menggerakkan warga di Desa Jugo, Kecamatan Sekaran untuk tetap kreatif di tengah dampak pagebluk. Apalagi, Sahlan sejak lama sudah berkecimpung di dunia tanaman herbal dan tanaman obat keluarga (toga). Dia juga memiliki banyak literatur, serta memiliki koleksi ratusan apotek hidup di kebunnya. 

Kini terdapat ratusan jenis tanaman obat ada di Kebun Jamu Indonesia. Endang dkk memadukan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki, guna menemukan solusi dari permasalahan yang ada. 

’’Memang tidak semua orang punya hobi berkebun. Tapi kami optimis jika ada niat baik, pasti akan ada hasil baik pula yang dituai,’’ terang Endang, kemarin (7/2).

Semula Kebun Jamu Indonesia milik Sahlan menjadi kebun percontohan untuk gerakan Lamongan Herbs Garden. Selanjutnya, Endang dan dua penggagas lainnya mengajak ibu rumah tangga (IRT) di desanya untuk menanam tanaman jamu. Tumbuhan herbal dipilih karena tidak membutuhkan biaya yang besar dan menyita waktu dalam perawatannya.

Menurut Endang, tanaman herbal tidak seperti padi, yang harus ditungguin lama dan membutuhkan lahan luas. Sebaliknya, tanaman herbal tidak membutuhkan lahan yang luas. Sehingga cukup efisien. Bagi Endang, bertanam di sekitar rumah bisa memberi dampak baik bagi lingkungan. Salah satunya sumber oksigen baru akan terus bermunculan. 

’’Dan apabila ada order hasil berkebun, juga bisa menghasilkan cuan,’’ tuturnya.

Kini Lamongan Herbs Garden telah memberdayakan 25 kebun milik warga. Ratusan jenis tanaman herbal tumbuh subur di lahan yang tidak terlalu luas. Diantaranya kunyit hitam, kencur hitam, jahe wulung, dan tanaman rimpang lainnya. Selain itu, tanaman yang dianggap gulma oleh masyarakat juga dikembangbiakkan oleh warga. Seperti keladi tikus, daun sendok, patikan emas, dan ketepeng kebo 

’’Ada juga dari jenis bunga seperti bunga telang, bunga belimbing wuluh, dan bunga rosella,’’ imbuh Endang.

Perempuan berusia 36 tahun ini menerangkan, tumbuhan herbal yang ditanam oleh warga diolah menjadi produk jamu. Pemasaran secara online maupun di berbagai pameran dan toko oleh-oleh, dengan perantara Kebun Jamu Indonesia. Keuntungan yang didapat oleh warga berdasarkan hasil penjualan produk. Misalnya produk jamu herbal dijual seharga Rp 20 Ribu. Maka biaya dampaknya diambil Rp 3.500 hingga Rp 5.000. 

’’Sebagai usaha sosial, ini diniatkan untuk dampak. Misalkan nanti ada pelatihan peningkatan skill untuk warga bisa diambilkan dari biaya dampak itu,’’ imbuhnya. 

Namun, terdapat sejumlah kendala dalam pengembangan tanaman herbal.  Terutama ketika musim hujan. Ketika tanaman mudah subur, ternyata untuk proses pengolahannya menjadi produk siap konsumsi justru terhambat. Sedangkan, menurut dia, untuk pengeringan tanaman masih manual dan membutuhkan sinar matahari. Jadi itu cukup mempengaruhi produktivitas saat musim hujan seperti ini. 

’’Walaupun demikian, kami tetap memikirkan dan merancang pengembangan produk lain untuk masa depan,’’ tuturnya.

Dia berharap, pekebun di bawah naungan Lamongan Herbs Garden dapat mengembangkan tanaman herbal yang belum ada di Kota Soto. Selain itu, mereka juga ingin memproduksi olahan jamu yang tahan lama. Ke depan, Herbs Garden ini tidak hanya mengejar sisi bisnis saja. Namun, mereka kini memikirkan packaging yang sustainable. Yakni menghasilkan produk yang ramah lingkungan.

’’Kemarin masih pakai plastik untuk pengemasannya, ke depan nggak pakai itu lagi,’’ pungkas Endang. (Sumber Berita: https://radarbojonegoro.jawapos.com/boks/08/02/2022/berdayakan-irt-kembangkan-tanaman-jamu ). Redaksi JamuDigital.Com


Kolom Komentar
Berita Terkait

JAMU DIGITAL: MEDIA JAMU, NOMOR SATU

Tentang Kami

@ Copyright 2024. All Right Reserved.  www.jamudigital.com

  Link Media Sosial Jamu Digital: