![]() |
Para penjual jamu ada yang beralih menggunakan sepeda hingga sepeda motor. |
JamuDigital.Com- MEDIA JAMU, NOMOR SATU. Jamu tradisional identik dengan jamu gendongan. Jamu-jamu yang telah diracik dimasukan dalam botol-botol lalu disusun dalam bakul. Bakul berisi botol jamu itu kemudian digendong menggunakan jarik atau kain batik panjang.
Di Karawang, tradisi ini kemudian bergeser. Para penjual jamu ada yang beralih menggunakan sepeda hingga sepeda motor. Lain halnya dengan Eka Juliana Warga Perumahan Grand Permata, Blok B3 Nomor 7, RT 009, RW 009, Kelurahan Palumbonsari, Kecamatan Karawang Timur. Ia berupaya membawa jamu tradisional naik kelas.
Tentu saja dengan tidak mengesampingkan manfaatnya bagi kesehatan. Sejak pandemi Covid-19 melanda, Eka bangkit dengan usaha jamu tradisionalnya. Perempuan asli Makassar, Sulawesi Selatan ini memproduksi jamu seminggu satu kali.
Jamu yang diproduksi bermacam-macam. Ada kunyit manis, kunyit tawar, kunyit asem sirih, kunyit asem sirih manjakani, gula jahe, gula asem, beras kencur, jahe merah pinang, dan jamu bersalin.
"Ada juga kunyit bubuk untuk minuman kesehatan. Seperti obat mag. Ini kami juga punya kemasan ekonomisnya. Harganya Rp 5.000," ucapnnya kepada Kompas.com baru-baru ini. Eka mengaku belajar membuat jamu secara otodidak.
- Berita Terkait: 12.000 Pedagang Jamu, Mudik Bersama Sido Muncul
- Berita Terkait: NOSTEO dan NOKILIR Dukung Workshop Pijat Bayi dan Balita dengan Teknik PIPO
- Berita Terkait: 6 Manfaat Buah Kiwi untuk Kesehatan
Itu berawal dari banyaknya tanaman sirih di rumahnya. Ia kemudian mencoba membuat minuman dari daun sirih dan membagikannya ke tetangga. Rupanya banyak yang minat. Dari situlah ia menekuni usaha jamu.
"Awalnya saya gak pede. Pas pandemi malah bisa branding (mem-branding produk)," ujar Eka. Juliana memproduksi jamu di rumahnya. Meski belum membuka kios, peminatnya cukup banyak.
Selain melalui reseller, Eka menjual jamu melalui akun Instagram, Facebook, dan Gojek Curcumaclara. "Saya jual online," ungkap dia. Dari jamu, ia meraup Rp 5 juta setiap bulan. Namun masih hitungan kotor.
"Alhamdulillah, saya juga bisa membantu menyehatkan masyarakat," kata Eka. Kini, Eka memiliki sekitar sembilan reseller yang masing-masing menjual di perumahan di wilayah Palumbonsari. (Sumber Berita: https://regional.kompas.com/read/2022/07/06/053200678/curcuma-clara-jamu-tradisional-karawang-yang-berupaya-naik-kelas?page=2 ). Redaksi JamuDigital.Com