![]() |
| Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI., Dr. dr. Irmansyah, Sp.KJ (K) saat memberikan sambutan webinar. |
JamuDigital.Com- PIONER MEDIA ONLINE & MARKETPLACE JAMU INDONESIA. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI., Dr. dr. Irmansyah, Sp.KJ (K) mengungkapkan bahwa Jamu dapat menjadi produk kelas dunia, jika segala potensi dapat disinergikan.
Demikian diungkapkan Dr. Irmansyah saat memberikan sambutan pada Webinar "Diseminasi Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Edisi 2: Tanaman Obat", yang dilaksanakan oleh B2P2TOOT Kemenkes RI., pada Rabu, 10 Juni 2020.
Irmansyah menambahkan bahwa Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat, perlu dukungan politik yang kuat di bidang: Regulasi, Institusi, Kekayaan hayati, Budaya. "BBTOOT adalah bagian penting dari pengembangan kekayaan Nusantara: hayati, budaya, wisdom," jelasnya.
Beberapa faktor untuk mencapai level tingkat dunia, antara lain: Peranan Jamu empon-empon melawan COVID-19, Meningkatkan kualitas riset, Meningkatkan insfrastruktur riset, Meluaskan jejaring, Manfaatkan untuk meraih mimpi yang besar.
Disebutkan pula tentang potensi riset klinis di Indonesia: Pengembangan obat dan vaksin, Pengembangan alat kesehatan, Tanaman Obat tradisional, Manajemen klinis di Masyarakat.
Sepuluh Langkah Pengembangan Produk, yaitu:
- Tentukan jenis produk (Jamu, OHT, Fitofarmaka, Obat, Suplemen)
- Tentukan klaim dan produk label (TR, OHT, FF, Obat, Suplemen)
- Tentukan pangsa pasar (pengguna)
- Tentukan strategi pemenuhan regulatory
- Kembangkan tahapan pengembangannya (Roadmap)
- Eksekusi tahapan pengembangan
- Eksekusi tahapan uji klinik
- Kumpulkan data untuk persyaratan ijin edar
- Satukan dan serahkan persyaratan ijin edar ke lembaga otoritas
- Pastikan kepatuhan post-marketing.
Dia sebutkan bahwa diseminasi hasil riset, memiliki manfaat: 1. Nilai scientific, akademik, 2. Manfaat industri, Ekonomi, 3. Fungsi advokasi, 4. Manfaat masyarakat: Informasi dan Edukasi.

Sementara itu, Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional) (B2P2TOOT Kemenkes RI., Akhmad Saikhu, M.Sc.PH. menjelaskan webinar ini, diikuti oleh 572 peserta- dari berbagai peneliti lintas Kementerian, mahasiswa dan dosen Perguruan Tinggi, Industri dan GP. Jamu, asosiasi dokter Saintifikasi Jamu, pegiat Jamu serta masyarakat.
Selain peneliti B2P2TOOT, juga tampil sejumlah Pembahas, yaitu: a. Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kab. Karanganyar (Ir. Maisyaroch, M.Si), b. R & D PT. Sinde Budi Sentosa (Alex Herman, SSi, Apt), c. Dekan Faperta Untidar Magelang (Ir. Usman Siswanto, Ph.D).
"Tujuan webinar ni adalah menyampaikan hasil penelitian tahun 2019 yang dilaksanakan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat kepada para stakeholders dan mitra kerja terkait meliputi unsur ABGCM," jelas Akhmad Saikhu kepada Redaksi JamuDigital.Com.
Berita Terkait:
Kegiatan ini adalah bagian dari kewajiban para peneliti untuk menyampaikan pertanggung-jawaban ilmiah kepada lembaga terkait dan masyarakat. Sebanyak 12 judul penellitian tahun 2019 didiseminasikan dalam 4 edisi. Edisi 1: Uji Klinik Jamu. Edisi 2: Tanaman Obat. Edisi 3: Bahan baku obat. Edisi 4: Uji Pra-klinik dan formulasi.
Peneliti B2P2TOOT yang mempresentasikan hasil risetnya pada Diseminasi Edisi 2 ini, adalah:
- Dyah Subositi, M.Sc.: "Standarisasi tanaman obat daun iler: Uji evaluasi, daya hasil dan seleksi aksesi"
- Muhammad Suryana, M.Sc: "Validasi metode penetapan kadar andrografolida sebagai senyawa penanda ramuan jamu saintifik diabetes mellitus dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)"
- Nur Rahmawati Wijaya, S.Si: "Pengaruh poliploidisasi terhadap pertumbuhan dan kadar flavonoid tempuyung (Sonchus arvensis)". Redaksi JamuDigital.Com.








