![]() |
Kemandirian Obat Nasional harus menjadi prioritas, sebab ketergantungan impor bahan baku obat mencapai 90%, sedangkan potensi biodiversitas Indonesia sangat besar untuk dijadikan OMAI. |
JamuDigital.Com- MEDIA JAMU, NOMOR SATU. Suara optimisme mewujudkan kemandirian obat nasional kian kencang, dengan syarat para stakeholders dapat bergotong-royong multipihak (Penta Helix) dengan memanfaatkan kekayaan hayati (biodiversitas) untuk diolah menjadi Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) melalui proses riset yang canggih.
OMAI dikembangkan sejak 2008 oleh perusahaan industri farmasi dari bahan dasarnya- dari tanaman asli Indonesia. Ini untuk memenuhi obat nasional, karena 95 persen obat di Indonesia bahan bakunya masih impor.
Jadi dengan pengembangan OMAI- dapat dibuat berbagai obat yang head to head dengan obat kimia. PDHMI selalu mendukung OMAI dapat dijadikan obat yang setara dengan obat kimia. Tentunya itu adalah produk OMAI yang diriset secara baik, menghasilkan bioactive fraction.
Demikian ditegaskan oleh dr. Hardhi Pranata, Sp.S., MARS, Pendiri dan Penasehat PDHMI pada saat menjadi pemicara Webinar Meet The Expert #4, yang diselenggarajan oleh Departemen Ilmu Farmasi Kedokteran FKUI, pada Sabtu, 12 Februari 2022.
Peserta webinar sebagian besar berasal dari peserta Online Course Farmasi Kedokteran FKUI, juga terbuka bagi masyarakat umum, sebagaimana dikemukakan oleh apt, Rani Wardani Hakim, M. Biomed, Ketua Online Course Farmasi Kedokteran FKUI.
Pembicara lainnya yang tampil adalah dr.Dhody Munandaris Arywibowo, M.Si, PhD., Praktisi Akupuntur Medis RS Panti Waluyo. Sedangkan sebagai moderator adalah dr. Adisti Dwijayanti M. Biomed.
Dr. Hardhi menambahkan Informatorium OMAI yang diterbitkan Badan POM pada saat Pandemi COVID-19 terdiri dari 68 OHT dan 24 Fitofarmaka oleh Badan POM disebut OMAI.
Padahal sebenarnya OMAI yang betul itu, nanti saya minta salah satu industri farmasi yang menjadi perintis OMAI dapat alih teknologinya kepada industri farmasi lainnya untuk menegmbangkan OMAI yang lainnya.
Kenapa kita pakai OMAI, yaitu agar para dokter mau memakai/meresepkan dan masuk Fornas. Dan Fornas tahun 2018 ada perubahan, sehingga OMAI dapat masuk Fornas, juga masuk sistem JKN, dr. Hardhi menegaskan kembali.
- Berita Terkait: Breaking News 2022: DPR Dorong OMAI Segera Digunakan di Sistem JKN
- Berita Terkait: Para Stakeholders Sepakat: OMAI Menjadi Salah Satu Alternatif Kemandirian Obat Nasional
- Berita Terkait: Strategi Mendorong Pemanfaatan OMAI di FASYANKES Secara Nasional
Keterangan Foto: dr. Adisti Dwijayanti, M. Biomed (kiri) dan apt, Rani Wardani Hakim, M. Biomed., Departemen Ilmu Farmasi Kedokteran FKUI.
Dr. Hardhi Pranata- yang pernah menjadi Tim Dokter Kepresidenan- Era Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono ini memaparkan makalah berjudul "Aplikasi Herbal di Pelayanan Kesehatan".
Mengutip pendapat Father of Modern Medicine, Hipocrates: "Let food be your medicine and medicine be your food," dr. Hardhi mengingatkan kembali bahwa bapak kedokteran modern sejak awal menujukkan arahannya bahwa bahan alam sebagai sumber obat-obatan.
"Tanaman obat di Indonesia digunakan untuk Makanan, Suplemen, Komplementer, dan Obat. Jadi pemanfaatan tanaman obat itu luas sekali," dr. Hardhi menambahkan.
Disebutkan peluang herbal: Masyarakat dunia kembali ke alam, nilai ekonomi yang potensial, Indonesia sebagai mega biodiversity, penyakit degeneratif terus meningkat.
Prinsip penggunaan tanaman obat, disebutkan: Right dose, Right time, Right route of use, Right patient, Right indication. Redaksi JamuDigital.Com