![]() |
| Posyandu Bougenville melakukan pencegahan stunting di Cangkurawok melalui intervensi spesifik dengan pemberian imunisasi. |
JamuDigital.Com- MEDIA JAMU, NOMOR SATU. Kasus stunting pada anak di bawah lima tahun masih menjadi persoalan yang belum dapat terselesaikan.
Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) IPB University bersama Posyandu Bougenvile di Cangkurawok, Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Bogor lakukan upaya pencegahan kejadian stunting pada balita.
Posyandu Bougenville melakukan pencegahan stunting di Cangkurawok melalui intervensi spesifik dengan pemberian imunisasi, monitoring pertumbuhan anak (tinggi dan berat badan), serta pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil dan balita.
"Untuk penanganan terhadap anak yang bergejala stunting, biasanya kami berikan wafer atau biskuit untuk membantu memenuhi kebutuhan gizinya," terang Neneng Zakiah, Kader Posyandu Bougenvile di Cangkurawok RW IV.
- Berita Terkait: Diabetadex Obat Modern Asli Indonesia untuk Diabetes, Diresepkan Para Dokter
- Berita Terkait: Penggunaan OMAI Fitofarmaka di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Terus Didorong
- Berita Terkait: Pemerintah Dorong Produksi Bahan Baku Obat Bahan Alam untuk Kemandirian Nasional
Terkait hal ini, Mahasiswa KKN-T IPB University membuat program "Gerakan Protein Sehat" sebagai wujud kontribusi dalam menurunkan prevalensi stunting. Kegiatan yang dilakukan berupa pemberian protein hewani pada seluruh balita yang hadir. Mereka juga melakukan program intervensi sensitif seperti pemberian edukasi kepada orang tua mengenai stunting.
"Kegiatan ini untuk meningkatkan pemahaman terkait apa itu stunting, ciri-ciri yang terlihat, dampak yang ditimbulkan, serta pentingnya konsumsi protein hewani sebagai solusi pencegahan stunting," ujar Khujaji, salah satu mahasiswa KKN-T IPB University yang menjadi narasumber dalam edukasi ini.
Ia menjelaskan tentang masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang dimulai sejak fase kehamilan (selama 270 hari) hingga anak berusia 2 tahun (730 hari).
"Stunting pada balita perlu dicegah mulai dari dalam kandungan, karena pada fase 1000 HPK dapat dikatakan sebagai masa emas untuk pertumbuhan anak" ungkap Khujaji.
Menurutnya, stunting perlu menjadi perhatian, khususnya bagi ibu hamil dan yang memiliki balita. Stunting tidak hanya berdampak terhadap berat dan tinggi anak, namun juga perkembangan otak yang dapat menurunkan kemampuan kognitif pada masa mendatang.
Khujaji menambahkan, dalam mencegah kejadian stunting pada balita maka perlu diberikan gizi yang cukup. Yakni dengan mengonsumsi protein hewani seperti telur, susu, ayam, dan ikan.
Pemberian protein hewani merupakan zat gizi yang sangat signifikan dalam tumbuh kembang anak sebagai penyusun dan pembangun sel-sel di dalam tubuh. Protein hewani memiliki kandungan asam amino yang lebih lengkap apabila dibandingkan dengan protein nabati.
"Protein hewani yang mudah didapat dengan harga yang terjangkau yaitu susu dan telur. Sehingga kami membagikan susu dan telur rebus sebagai gerakan awal dalam membantu pemenuhan gizi anak untuk mencegah kejadian stunting di Cangkurawok.
Kegiatan ini mendapat dukungan dan perhatian dari pihak Posyandu Bougenvile dan warga Cangkurawok setempat," tandasnya. (Sumber Berita: https://ipb.ac.id/news/index/2022/08/cegah-stunting-mahasiswa-ipb-university-bagikan-susu-dan-telur-untuk-balita-di-bogor/4ae175d012d7d5ace1ab769d2c3c32dd ). Redaksi JamuDigital.Com








