 |
| Kemandirian farmasi sebagai bagian dari ketahanan kesehatan, terus diupayakan dengan memanfaatkan kekayaan Indonesia berupa biodiversitas sebagai bahan baku obat. (Karyanto- ObatNews) |
JamuDigital.Com- MEDIA JAMU, NOMOR SATU. Kementerian Kesehatan pekan depan akan melaunching Formularium Fitofarmaka sebagai langkah afirmasi penggunaan Fitofarmaka di dalam pelayanan kesehatan, hal ini sekaligus untuk mendorong kemandirian farmasi.
Kekayaan biodiversitas Indonesia dapat menjadi sumber bahan baku obat, kemudian diporses menjadi Obat Herbal Terstandar-OHT atau Fitofarmaka yang mempunyai daya saing.
"Kami juga mempunyai skema penggunaan obat herbal di pelayanan kesehatan, sehingga untuk itu perlu Formularium Fitofarmaka," kata Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Dr. Dra. L. Rizka Andalucia, Apt., M.Farm., MARS. mewakili Menteri Kesehatan saat membuka 15th Mulawarman Pharmaceutical Conference- MPC, Jumat malam, 27 Mei 2022, secara daring.
1.Formularium Fitofarmaka Mendorong Kemandirian Farmasi
Formularium Fitofarmaka untuk meningkatan pelayanan, dan panduan penggunaan Fitofarmaka yang diproduksi dari bahan baku dari Indonesia di pelayanan kesehatan. Ini salah satu dari afirmasi penggunaan Fitofarmaka.
Hal ini, lanjut Rizka Andalucia, sekaligus terkait ketahanan farmasi nasional. Indonesia sangat kaya dengan biodiversitas yang dapat menjadi bahan baku obat, hal ini dapat mendorong ketahanan obat nasional. Dengan akselerasi pengembangan obat herbal.
Salah satu dari 6 Pilar Transformasi Kesehatan adalah transformasi sistem ketahanan kesehatan, yaitu mendorong kemandirian farmasi nasional dan alat kesehatan dalam negeri.
2.Enam Pilar Transformasi Kesehatan
Sebagaimana kita ketahui, Kementerian Kesehatan telah mencanangkan 6 Pilar Transformasi Kesehatan.
Pilar Pertama, transformasi layanan primer. Yakni, transformasi untuk meningkatkan layanan promotif dan preventif, seperti memperkuat upaya pencegahan, deteksi dini, promosi kesehatan, membangun infrastruktur, melengkapi sarana, prasarana, SDM, serta memperkuat manajemen di seluruh layanan primer di tanah air.
Pilar Kedua, transformasi layanan rujukan. Dengan cara meningkatkan akses serta mutu rumah sakit Indonesia melalui program sister hospital dengan rumah sakit internasional, pengembangan Center of Excellence, sistem pengampuan rumah sakit, serta pendidikan dan penelitian.
- Berita Terkait: Implementasi dan Mekanisme Penyusunan Formularium Nasional
- Berita Terkait: Kisah NOSTEO dan NOKILIR Diperkenalkan Kepada Pendekar SH Terate Jawa Tengah
- Berita Terkait: 4 Manfaat Buah Srikaya untuk Kesehatan
Pilar Ketiga, transformasi sistem ketahanan kesehatan. Mendorong kemandirian farmasi dan alat kesehatan dalam negeri, serta meningkatkan jejaring surveilans dan persiapan tenaga kesehatan cadangan dalam merespons ancaman krisis kesehatan.
Pilar Keempat, transformasi pembiayaan kesehatan. Upaya ini dilakukan dengan menata ulang pembiayaan dan manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), serta meningkatkan proporsi pembiayaan layanan promotif dan preventif melalui penambahan layanan penyaringan (screening) dasar bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pilar Kelima, transformasi SDM kesehatan, dengan meningkatkan kuantitas, distribusi, dan kualitas tenaga kesehatan, melalui beasiswa, pemberdayaan diaspora kesehatan, dan pertukaran tenaga profesional kesehatan dengan mitra internasional.
Pilar Keenam, transformasi teknologi kesehatan. Terdiri dari transformasi teknologi informasi dan bioteknologi. Transformasi teknologi meliputi big data, kecerdasan buatan, internet of things adalah keniscayaan.
Transformasi dari sisi bioteknologi di mana pengobatan nantinya akan jauh lebih personal, tepat dan teliti, serta sifatnya jauh lebih preventif. Pengobatan yang tadinya berbasis kimia atau radiologi pelan-pelan akan bergeser berbasis bioteknologi. (Sumber Berita: https://www.obatnews.com/regulation/pr-4463481381/pekan-depan-kemenkes-launching-formularium-fitofarmaka?page=3 ). Redaksi JamuDigital.Com
