![]() |
| Keberangkatan Tim Ekspedisi Biota Medika yang diketuai Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS dilepas Presiden RI., Prof. Dr. BJ. Habibie di Istana Negara Jakarta, November 1998. |
JamuDigital.Com- MEDIA JAMU, NOMOR SATU. Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud (AMZU), MS, Guru Besar Fakultas Kehutanan Institut Petanian Bogor mengupas Tinjauan Potensi Etnobotani Obat dari Desa Hutan Indonesia dan Strategi Pengembangannya.
Sudah turun temurun bangsa Indonesia yang terdiri dari masyarakat kecil-masyarakat kecil yang Bhineka Tunggal Ika dari berbagai etnis (suku asli) yang hidup di dalam dan sekitar hutan di seluruh wilayah Nusantara, dari Sabang sampai Merauke memanfaatkan berbagai spesies tumbuhan dan hewan dari hutan untuk bahan-bahan dalam memelihara kesehatan dan pengobatan berbagai macam penyakit, tulis Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud sebagaimana dokumen yang diterima Redaksi JamuDigital.Com belum lama ini.
Kemudian disebutkan, berbagai penelitian etnobotani yang dilakukan oleh peneliti Indonesia telah banyak, sebagai contoh paling tidak ada 78 spesies tumbuhan obat yang digunakan oleh 34 etnis untuk mengobati penyakit malaria, 133 spesies tumbuhan obat digunakan oleh 30 etnis untuk mengobati penyakit demam atau inflamasi, 110 spesies tumbuhan obat digunakan oleh 30 etnis untuk mengobati penyakit gangguan pencernaan, dan 98 21 spesies tumbuhan obat digunakan oleh 27 etnis untuk mengobati penyakit kulit (Sangat, Zuhud dan Damayanti, 2000).
Secara umum dapat diketahui bahwa tidak kurang dari 82 % dari total spesies tumbuhan obat hidup di ekosistem hutan tropika dataran rendah pada ketinggian di bawah 1.000 meter dari permukaan laut. Saat ini ekosistem hutan dataran rendah adalah ekosistem hutan yang paling banyak rusak dan punah karena berbagai kegiatan manusia baik secara legal maupun tidak legal.
Berbagai ekosistem hutan dataran rendah ini, antara lain: tipe ekosistem hutan pantai, tipe hutan mangrove (bakau), tipe hutan rawa, tipe hutan rawa gambut, tipe hutan hujan dataran rendah, tipe hutan musim bawah, tipe hutan kerangas, tipe hutan savana, tipe hutan pada tanah kapur, tipe hutan pada batuan ultra basa, tipe hutan tepi sungai dan lain-lain.
Umumnya setiap tipe ekosistem hutan mempunyai spesies tumbuhan yang spesifik yang mencirikan setiap tipe ekosistem tersebut. Masing-masing tipe ekosistem hutan tropika Indonesia merupakan wujud proses evolusi, interaksi yang kompleks dan teratur dari komponen tanah, iklim (terutama cahaya, curah hujan dan suhu), udara dan organisme termasuk manusia untuk mendukung kehidupan keanekaragaman hayati, antara lain berbagai spesies tumbuhan obat.
- Berita Terkait: Program Kurator Hayati dan Ribuan Data Keanekaragaman Hayati
- Berita Terkait: Prof. Erna Prawita Setyowati: Lingkungan Laut Sumber Obat Baru
- Berita Terkait: Kajian Sain Islam Tumbuhan Obat

Menurut Zuhud (2009) berdasarkan hasil inventarisasi potensi keanekaragaman spesies tumbuhan obat di berbagai kawasan taman nasional di Indonesia, menunjukkan bahwa dalam setiap unit kawasan taman nasional ditemukan berbagai spesies tumbuhan obat yang dapat mengobati 25 kelompok penyakit yang diderita masyarakat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa di setiap kawasan taman nasional yang merupakan ekosistem hutan hujan tropika tersedia bahan baku obat untuk berbagai macam penyakit yang diderita masyarakat dan telah terbangun sistem pengetahuan lokal berupa etno-wanafarma (ethno-forest pharmacy) secara turun temurun. Namun saat ini sangat dikhawatirkan telah terjadi kepunahan sebagian besar pengetahuan masyarakat lokal, karena terjadinya intervensi global yang tidak terkendali.
Berdasarkan data dan informasi yang ada, spesies-spesies tumbuhan obat dapat dikelompokkan kedalam 25 kelompok penyakit. Dilihat dari jumlah spesies tumbuhan obatnya, kelompok penyakit/penggunaan tertinggi adalah pada penyakit saluran pencernaan (487 spesies tumbuhan obat) dan terendah adalah pada kelompok penyakit/penggunaan patah tulang (11 spesies tumbuhan obat).
Salah satu spesies tumbuhan obat untuk penyakit pencernaan yang berpotensi dikembangkan di kawasan hutan adalah kedawung (Parkia timoriana). Pohon Kedawung sudah lama dikenal dan digunakan oleh masyarakat dari etnis Jawa dan etnis Dayak sebagai obat anti kembung dan penyakit lambung lainnya (Hadad, Taryono, Udin dan Rosita, 1993).
Demikian cuplikan "Bersatu Mencari dan Memberi yang Terbaik. OPERASI MEMBANGKITKAN DAN MENGEMBANGKAN DESA KAMPUNG KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI SELURUH WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.* Untuk Mendukung Kedaulatan Pangan, Energi, Kesehatan dan Obat Keluarga (PEKOGA) Indonesia dalam Menghadapi Ancaman Krisis Baru Ekonomi Dunia di Era Globalisasi."
*) Revisi Bahan Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Fakultas Kehutanan IPB, di Kampus IPB Darmaga Bogor 19 November 2011. Redaksi JamuDigital.Com








