Kisah Masyhur Meriset OMAI Hingga Mendunia
Tanggal Posting : Minggu, 12 September 2021 | 08:09
Liputan : Redaksi JamuDigital.Com - Dibaca : 1429 Kali
Kisah Masyhur Meriset OMAI Hingga Mendunia
Pusat Riset OMAI DLBS menjadi pusat unggulan riset obat herbal teruji klinis, sehingga dipercaya para dokter di Indonesia dan di manca negara.

JamuDigital.Com- MEDIA JAMU, NOMOR SATU. Berikut ini penuturan Dr. Raymond Tjandrawinata, Penggawa Pusat Riset OMAI (Obat Modern Asli Indonesia)- yang memimpin para periset putra-putri Indonesia di DLBS (Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences)-  berlokasi di Cikarang, Jawa Barat.

Hal ini, disampaikan pada saat menjadi salah satu pembicara pada Webinar dalam rangka 80 Tahun Perguruan Tinggi Teknik Kimia di Indonesia, dilaksanakan pada Sabtu, 11 September 2021 dengan tema "Menuju Kemandirian Industri Farmasi Nasional".

Berikut ini, uraian pakar Molecular Pharmacologist yang menekuni bidang drug discovery dari bahan alam Indonesia:

Hari ini saya akan menyampaikan OMAI (Obat Modern Asli Indonesia) yang seharusnya mendapakan tempat terhormat di Indonesia, namun nanti kita akan bicarakan apa tantangan sehingga kita dapat berstrategi meningkatkan daya saing OMAI di tanah air kita sendiri di Indonesia, maupun luar negeri.

Kita ketahui bahwa di Indonesia ini, walupun kita adalah negara dengan biodiversita kedua terbesar di dunia setelah Brazil, sayangnya kita hanya mempunyai OHT (Obat Herbal Terstadar) berjumlah 74 dan Fitofarmaka berjumlah 25. Sedangkan Jamu obat tradisional ada 11.000 lebih.

Kita sebagai bangsa Indonesia yang memiliki biodiversitas bahan baku obat alam ini, alangkah baiknya kita memiliki obat-obatan dari bahan alam biodiversitas Indonesia. Dan tentunya, banyak sekali penelitian yang harus dilakukan supaya obat-obatan herbal tersebut dapat dipakai diseluruh fasilitas kesehatan di Indonesia.

Ini adalah tantangan kita, bagaimana cara menaikkan jumlah produk OHT dan Fitofarmaka ini dan para dokter itu sudah meminta bahwa OHT kita dan Fitofarmaka yang sekarang kita sebut dengan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) digunakan dalam fasilitas kesehatan pemerintah dalam pelayanan JKN dan masuk dalam formularium nasional.

Jadi secara tidak langsung, kita melakukan webinar dari tahun 2020-2021 membahas hal ini, tetapi sampai sekarang belum ada fakta-fakta yang menunjukkan bahwa pemerintah akan segera memasukan obat-obat Indonesia atau OMAI kedalam formularium nasional.

Tadi sudah disinggung oleh Pak Ferry atau Pak Pamian, bahwa Bapak Jokowi sudah meminta reformasi sistem kesehatan nasional dan kemandirian bahan baku obat, ini jelas terjadi di Indonesia tidak hanya obat kimiawi yang barusan ditunjukkan oleh pak Pamian, tetapi juga Obat Modern Asli Indonesia yang memang berasal dari Indonesia sendiri.

Dan juga Pak Menteri Perindustrian juga mendorong industri farmasi mengembangkan Obat Modern Asli Indonesia. Kemudian Pak Menristek yang saat itu dijabat oleh Pak Bambang Brojonegoro juga meminta bagaimana dapat masuk ke dalam JKN. Jadi sudah dari berbagai macam kementerian menyiapkan hal tersebut, tetapi kita belum mendapatkan fasilitas bagaimana OMAI ini masuk dalam JKN dan forumularium nasional.

Dan waktu itu, ketika Pak Terawan masih menjabat menjadi Menkes dan mengunjugi pabrik kami, sehingga kami beri tahu, bahwa kami menemukan senyawa-senyawa baru dari OMAI, beliau menyatakan OMAI akan masuk JKN, tetapi sampai sekarang Kementerian Kesehatan belum merevisi Permenkes Nomor 54, sehingga sampai saat ini tidak ada satupun obat herbal Indonesia yang masuk dalam formularium nasional.

Itu adalah salah satu PR yang kita hadapi. Jadi sekarang- jika para dokter ingin meresepkan tetapi tidak ada dalam formularium nasional, mereka tidak dapat meresepkan kepada pasien-pasien. Sampai sekarng mungkin baru ada 3-5% dokter yang dapat meresepkan dengan cara jalur regular tanpa dicover oleh JKN.

Padahal dalam membuat OMAI itu, bukan sesuatu yang mudah. Kita membuat OMAI sama dengan cara membuat obat berbahan kimia. Sehingga membuat OMAI itu tidak lebih mudah dari pada membuat obat kimia.

Bahkan kita mulai dengan penapisan secara molekuler, mencari target-target obat dan mencari mana yang terbaik dan diperbaiki secara strukturnya- secara ekstraksi dan kami juga melakukan secara fraksi bertingkat supaya lebih murni.

Dengan demikian prosesnya itu sama panjangnya dengan menemukan obat dari bahan kimia. Ini yang harus kita pastikan, karena proses ini sangat panjang dan membutuhkan banyak riset-riset yang tidak murah dan tidak mudah. Maka seharusnya OMAI ini, harus dapat digunakan di pelayanan kesehatan nasional.

Bayangkan banyak sekali biodiversitas tumbuhan Indonesia dan banyak sekali yang belum digunakan. Karena sekarang hanya ada 25 Fitofarmaka dan beberapa OHT, sehingga kita kalau mau meningkatkan jumlah Fitofarmaka menjadi 100 maka penggunaan biodiversitas alam Indonesia itu akan lebih efisien.

Dan ini selalu kita lihat di media penggunaan obat herbal masih minim pada tahun 2013. Dan di tahun 2015 ada seorang dokter yang berfikir penggunaan obat tradisional dapat menghambat terapi. Nah bagaimana kita dapat menghilangkan stigma-stigma ini, kalau kita ingin menggunakan obat herbal Indonesia, kalau saja dokternya belum percaya- sehingga kita harus memiliki program untuk mensosialisasikannya.

Dan selalu dokter menanyakan masalah efikasi obat herbal, apakah sama dengan obat kimia. Ini yang selalu ditanyakan oleh para dokter, karena mereka di Fakultas Kedokteran tidak diajarkan efikasi obat herbal. Padahal kita selalu melakukan uji klinik. Itu adalah satu-satunya cara untuk membuktikan efikasi Obat Modern Asli Indonesia- tidak kalah dengan obat kimia.

Ini saya kasih contoh sample molekul dari tanaman Cinnamomum burmannii atau yang kita tahu sebagao Kayu Manis. Dan Kayu Manis yang kita gunakan sudah kita riset diseluruh dunia bahwa yang paling bagus itu Kayu Manis dari kaki Gunung Kerinci. Itu sudah kami gunakan dalam dua produk. Dan Cinnamomum burmannii yang pertama digunakan sebagai obat untuk mengantikan obat omeprazole.

Ternyata setelah kita lakukan penelitian, Kayu Manis ini tidak kalah dengan bahan kimia obat seperti omeprazole. Dan sampai kita gunakan secara uji klinik- bagaimana meningkatkan pH didalam lambung. Sehingga kita coba lakukan uji klinik- ternyata khasiatnya sama seperti obat omeprazole. Bahkan lebih baik sedikit dari omeprazole dalam menaikkan pH.

Dan yang kedua- masih menggunakan fraksi Kayu Manis dengan Daun Bungur dan ini kita targetkan kepada penderita diabetes. Bahwa OMAI Inlacin dari fraksi Kayu Manis dan Daun Bungur ini dapat mereduksi HbA1c level. Sehingga kita melakukan uji klinik dengan obat kimia diabetes lain ternyata HbA1c-nya tetap turun.

OMAI Mendunia

Dan bagaimana untuk aspek keamanannya? Kini harus tahu kalau obat herbal- walaupun berasal dari tanaman obat belum tentu aman. Untuk itulah, kita di Indonesia sudah memiliki Pharmacovigilance. Pharmacovigilance adalah ilmu dan kegiatan yang berkaitan dengan pengumpulan, deteksi, pemantauan, penilaian, dan pencegahan efek samping produk obat.

Dan di berbagai negara sudah memiliki cara-cara tersebut. Seperti kita, di Badan POM memiliki cara-cara memonitoring obat tradisional dan suplemen kesehatan.

Yang mau kita lakukan OHT dan Fitofarmaka dilakukan standarisasi kimiawi. Kemudian dilakukan penapisan molekuler dari ekstrak ataupun fraksi. Dilakukan studi praklinik assay biologi di tingkat sel maupun hewan coba. Kemudian dilakukan profil toksisitas di hewan.

Dan untuk Fitofarmaka dilakukan uji klinik dengan placebo/kontrol aktif secara random menurut CUKB (Cara Uji Klinik yang Baik).

Jadi sudah banyak produk yang kami buat dan siap digunakan di pelayanan fasilitas kesehatan di Indonesia, bahkan sudah di ekspor ke berbagai negara. Sehingga para dokter di luar negeri sana sudah memakai OMAI di pelayanan fasilitas kesehatan di negaranya. Dan kita Kembali- bahwa di Indonesia sudah menunjukkan pedoman tatalaksana COVID-19- mereka para dokter boleh menggunakan OMAI untuk pasien-pasien yang tidak parah gejalanya.

Dan salah satu obat yang kita buat untuk imun sistem yaitu STIMUNO- sudah 17 tahun sebagai Fitofarmaka dan agar digunakan lebih banyak lagi. Pada tahun 2020 Thailand memiliki molekul nasional yang dibuat dari Sambiloto. Padahal kita juga memiliki suatu molekul nasional dari tanaman Meniran yang sudah dilakukan berbagai macam uji klinik.

Kita melihat bahwa OMAI harus mendapat kedudukan yang lebih terhormat, karena kalau kita melihat negara-negara yang lain tadi- sudah ditunjukan oleh Pak Pamian di India, Thailand, Cina, Eropa, dan Jerman mereka di sana sudah menggunakan obat tradisional atau herbal untuk pasien mereka sehari-hari. Redaksi JamuDigital.Com    


Kolom Komentar
Berita Terkait

JAMU DIGITAL: MEDIA JAMU, NOMOR SATU

Tentang Kami

@ Copyright 2024. All Right Reserved.  www.jamudigital.com

  Link Media Sosial Jamu Digital: