![]() |
Dr. Raymond Tjandrawinata, Ph.D., M.S, MBA - adalah profesional di bidang farmasi dengan pengalaman lebih dari 25 tahun di Amerika dan Indonesia. |
JamuDigital.Com- MEDIA JAMU, NOMOR SATU. Ketersediaan obat- termasuk yang berbasis bioteknologi, sangat penting di dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Apalagi pada saat terjadi pandemi COVID-19, ketersediaan obat yang dapat dijadikan sebagai rujukan tatalaksana penanganan pasien COVID-19 sangat penting.
Mengingat sedemikian pentingnya ketersediaan produk farmasi baik pada saat terjadi pandemi, ataupun tidak- maka perusahaan-perusahaan farmasi kelas dunia, ternyata telah menyikapinya dengan antara lain menjalankan praktik manajemen modern, agar mampu memenuhi kebutuhan obat-obatan yang terus berkembang seiring dengan munculnya penyakit baru, dengan pola patogen yang berbeda dari sebelumnya.
Dan tentunya, demi untuk mencapai efisiensi dan mampu bersaing sehingga korporasi dapat berjalan dan semakin kompetitif, kendati berbagai pengaruh disrupsi sedang terjadi.
Perusahaan farmasi dan bioteknologi kelas dunia, terus memperkuat eksistensinya- salah satu resepnya dengan format strategi melakukan praktik merger dan akuisisi. Kondisi ini, diprediksi semakin mencuat terutama pada saat pasca pandemi СOVID-19.
Di Indonesia, pada bulan lalu (September 2022), Dr. Raymond Tjandrawinata, Ph.D, MS, MBA meluncurkan buku berjudul: "Strategi Merger dan Akuisisi, Pada Perusahaan Farmasi Besar Dunia Bidang Farmasi dan Biolteknologi."
Buku setebal 164 halaman ini, diterbitkan oleh PT. Global Medisina Indonesia, dengan ISBN: 978-623-93053-4-5, mendapat edorsement dari para tokoh bidang kesehatan dan bioteknologi nasional dan internasional, antara lain: Prof. Bambang Soemantri Brodjonegoro, Ph.D, Menteri Riset dan Teknologi Indonesia (2019-2021), DR. Sampurno, Apt (Kepala Badan POM 1998-2006), Ir. Ferry Soteikno, MBA, Pimpinan Dexa Group, Sandeep Sur, Country Director Hetero Drug Indonesia and Former VP & GM Novoo Nrdisk Indonesia, Nathan Tirtana, President Director of PT Etana Biotechnologies Indonesia.
Di dalam Kata Pengantar, Dr. Raymond Tjandrawinata menyebutkan "Dari buku ini dapat dipelajari konsep-konsep manajemen strategi yang berhubungan dengan merger dan akuisisi pada perusahaan farmasi dan bioteknologi disertai berbagai studi kasus pada perusahaan dunia."
Banyak pelajaran di buku ini- yang ditimba dari pengalaman Dr. Raymond- saat beliau berkarya di South San Francisco, CA, pada salah satu perusahaan terkemuka farmasi, SmithKline Beecham Pharmaceuticals (SB).
Saat itu, SB mempersiapkan diri untuk bergabung (merge) dengan perusahaan dunia lainnya, Glaxo Welcome (GW) pada tahun 1998-2000, membuahkan suatu perusahaan GlaxoSmithKline (GSK) dengan valuasi gabungan saat itu sebesar USD 180 juta Hasil dari penggabungan itu tentunya sudah termasuk dalam literatur klasik manajemen strategis perusahaan.
Buku ini, terdiri dari 11 BAB. Menilik dari pembahasan pada 11 BAB dalam buku ini, ada benang merah yang ingin disampaikan oleh penulis adalah: bagaimana format strategi merger dan akusisi perusahaan farmasi dan bioteknologi pasca pandemi COVID-19. Pokok bahasan tentang ini, dikupas cukup rinci pada 2 BAB yaitu, BAB 10 (Merger dan Akusisi Pasca Pandemi COVID-10), dan BAB 11 (Lapangan Main Baru Farmasi Pasca Pandemi).
Format Praktik Merger dan Akuisisi
Ada banyak alasan mengapa satu perusahaan memilih bergabung dengan atau mengakuisisi perusahaan lain. Ada banyak motivasi yang mendasari untuk bergabung, didorong oleh serangkaian alasan dan penggerak.
Sebagai contoh: Perusahaan A mungkin memutuskan untuk mengakuisisi perusahaan B. Dasar pemikirannya adalah penerapan strategi. Untuk mencapai atau lebih tujuan strategis, mungkin perusahaan A harus mengakuisisi perusahaan B. Karena pada saat ini, ada kapasitas yang berlebihan di sektor di mana perusahaan A dan perusahaan B beroperasi.
Ini contoh alasan strategis- yang mendasari perusahaan untuk mengakuisisi perusahaan B adalah keinginan untuk mengendalikan kapasitas di sektor tersebut. Pemahaman tentang berbagai alasan dan dorongan dibalik merger dan akuisisi sangat penting dalam mengembangkan strategi perusahaan.
Ada beberapa alasan utama yang menentukan sifat merger atau akuisisi yang diusulkan. Alasannya adalah: Dasar Pemikiran Strategis. Alasan strategis memanfaatkan merger atau akuisisi dalam mencapai seperangkat tujuan strategis. Sebagaimana dibahas, merger dilakukan untuk mengendalikan kapasitas di sektor terpilih merupakan sebuah contoh.
Merger dan akuisisi biasanya dalam upaya pencapaian tujuan strategis, dan biasanya ada beberapa alternatif yang tersedia. Misalnya, perusahaan A mungkin ingin mendapatkan pijakan di pasar berkembang yang baru menguntungkan, namun tidak memiliki pengalaman atau keahlian dibidang ini.
Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan mengakuisisi perusahaan yang telah memiliki track record kesuksesan di pasar baru yang mau dituju. Alternatifnya mungkin dengan mengembangkan divisi penelitian dan pengembangan di pasar produk baru dalam upaya untuk mengejar dan melewati pelaku usaha yang telah ada.
Pilihan alternatif ini tentunya memiliki implikasi biaya dan waktu. Di masa lalu, hal ini baru berhasil dicapai dengan sukses apabila perusahaan yang ingin memasuki pasar baru sudah memproduksi barang atau memiliki keahlian di bidang terkait tersebut.
Sebagai contoh, produsen barang elektronik yang sudah stabil mungkin memilih untuk mengalihkan beberapa sumber daya terkait untuk mengembangkan area baru yang sangat menjanjikan seperti telepon digital.
Sebuah contoh berskala besar adalah elektronik Sony dalam mengambil keputusan strategis untuk menciptakan fasilitas penelitian dan pengembangan di sektor pengguna elektronik untuk mengembangkan basis kompetitif yang layak di suatu daerah. Meskipun telah ada sejumlah pesaing yang sangat kuat dan stabil yang relatif kecil di daerah tersebut.
- Berita Terkait: Anjuran Cek Gula Darah Saat Puasa Untuk Penyandang Diabetes
- Berita Terkait: Beli NOSTEO dan NOKILIR dari Brunei. Wow Era Digital...Makin Asyik
- Berita Terkait: 5 Aneka Buah Pereda Demam
Alasan strategis lainnya mungkin juga fundamental defensif. Jika ada beberapa merger besar di sektor tertentu, perusahaan non-merger dapat dipaksa melakukan merger dengan perusahaan non-merger lainnya untuk mempertahankan posisi kompetitifnya. Skenario strategis ini cenderung terjadi di sektor-sektor yang didominasi oleh pengguna yang relatif besar.
Di Inggris, semua bank high street terkemuka terlibat dalam aktivitas merger antara tahun 1995 dan 2002. Di sektor produksi minyak global, semua produsen minyak utama terlibat dalam aktivitas merger pada periode yang sama.
Dalam beberapa kasus, tiga atau lebih produsen besar bergabung untuk menjadi perusahaan kuat. Di kedua industri tersebut, gelombang merger didorong oleh kebutuhan untuk merespons aktivitas penggabungan pesaing.
Karena Alasan Spekulatif. Alasan spekulatif muncul di mana perusahaan pengakuisisi memandang perusahaan yang diakuisisi sebagai komoditas, Perusahaan yang diakuisisi mungkin pemain di bidang baru dan berkembang.
Perusahaan yang mengakuisisi mungkin ingin berbagi potensi profitabilitas di bidang ini tanpa melakukan Penataan ulang strategis yang hebat. Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan membeli perusahaan yang stabil, mengembangkannya, dan kemudian menjualnya dengan untungan besar dikemudian hari. Pendekatan ini jelas berisiko
Teknologi Farmasi, Genetika dan Imunoterapi
Jelas bahwa industri farmasi menyadari dampak dan perubahan besar: tekanan penetapan harga dan langkah ke arah pencegahan, diagnosis, dan pengobatan. Perubahan-perubahan ini mengubah tatanan yang sudah ada, dan membuka pintu bagi persaingan baru terutama pască pandemi СOVID-19, dan memaksa perusahaan untuk memikirkan kembali di mana mereka bermain- dan dengan siapa mereka bermain, membutuhkan penekanan yang semakin besar pada kolaborasi dan kemitraan.
Secara keseluruhan, ada tiga ’bidang bermain’ baru yang muncul sebagai respons terhadap gelombang kesehatan pasca COVID-19: teknologi farmasi, genetika, dan imunoterapi.
Teknologi digital dalam bidang farmasi.Semakin banyak perusahaan farmasi - dan, tentu saja, perusahaan alat kesehatan - bermitra dan berintegrasi dengan bisnis teknologi. Dalam upaya untuk mengatasi penyakit diabetes yang besar dan meningkat.
Sanofi dan Verily, unit sains hayati dari induk Google Alphabet, mengumumkan pada September 2016 bahwa mereka akan menginvestasikan sekitar US$500 juta dalam usarlo patungan untuk menggabungkan perangkat, perangka lunak, dan obat-obatan.
Namun, bila kita melihat aktivitas investasi start Google Alphabet, jelaslah bahwa perawatan merupakan bagian utama dari kesepakatan dan ini. Sejak tahun 2020, raksasa teknologi dan dana ventura afiliasinya telah melakukan 25 deals terkait kesehatan yang secara kolektif bernilai lebih dari $1.6 miliar.
Aksi korporasi terkait kesehatan di mana perusahaan dan afiliasi berpartisipasi berjumlah lebih dari 100 dalam dua tahun terakhir. Hingga saat ini, Alpha afiliasinya telah terlibat dalam 76 deals untuk perusahaan kesehatan dan bioteknologi, dengan besaran secara kolektif bernilai lebih dari $4 miliar.
Beberapa perusaaan portofolionya telah melakukan penilaian benilai miliaran dolar, termasuk platform skrining kanker Grail, perusahaan penyunting gen Editas, serta penyedia perawatan primer One Medical.
Banyak contoh meger dan akusisi dari korporasi farmasi internasional yang disajikan dalam buku ini, sehingga dapat menjadi rujukan ketika hedak menentukan formay yang tepat saat hendak melakukan akusisi dan merger.
Namun, apakah format ini cocok jika diterapkan di perusahaan farmasi nasional? Tentu perlu kajian lebih seksama, agar praktik merger dan akuisisi dapat memberikan dampaik positif terhadap kemajuan perusahaan.
Endorsement Tokoh Nasional
"Strategi Merger & Akuisisi pada Perusahaan Besar Dunia Bidang Farmasi dan Bioteknologi karya Dr Raymond menyajikan data dan pemikiran yang komprehensif tentang perkembangan dunia farmasi, hal yang sangat relevan untuk para pelaku industri hingga ekonom.
Merger dan akuisisi menjadi bagian dari strategi perusahaan untuk memperbaiki kinerja, memperluas pasar dan mempertahankan eksistensi. Penelitian McKinsey (2018) menemukan perusahaan besar farmasi dunia yang melakukan merger dan akuisisi mengalami peningkatan revenue dari 25% di 2001 menjadi 50% di 2016.
Namun masih sedikit perusahaan farmasi Indonesia yang melakukan langkah merger dan akuisisi ini. Sebagai peneliti dan praktisi farmasi selama lebih dari dua dekade, melalui buku ini, Dr. Raymond memberikan ulasan yang lebih mendalam tentang praktik bisnis tersebut menggunakan tolak ukur global." (Demikian pendapat Ir. Ferry Soetikno, MSc, MBA, CEO Dexa Group, seperti dikutip di halaman 3).
"Inovasi dan strategi industri farmasi memiliki peran penting dalam misi pencapaian universal health coverage melalui penyediaan obat-obatan untuk masyarakat. Dengan adanya 237 juta atau sekitar 87%: masyarakat yang terdaftar di program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Indonesia menjadi pasar yang menjanjikan untuk industri farmasi sehingga diperlukan strategi yang tepat untuk dapat memanfaatkan peluang dan berdaya saing secara berkelanjutan, termasuk dalam antisipasi produksi farmasi dalam negeri.
Strategi Merger dan Akuisisi pada Perusahaan Besar Dunia Bidang Farmasi dan Bioteknologi karya Dr. Raymond ini memberikan gambaran luas mengenai kondisi industri farmasi global pasca pandemi hingga dampak strategi merger dan akusisi farmasi terhadap bisnis, penelitian, inovasi dan pengembangan.
Buku ini sangat menarik untuk dikaji oleh akademisi, pelaku industri hingga pembuat kebijakan. Selamat membaca!" (Komentar Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., Direktur Utama BPJS Kesehatan, seperti dikutip di halaman 3).
Sekilas Tentang Penulis
Dr. Raymond Tjandrawinata, Ph.D., M.S, MBA - adalah profesional di bidang farmasi dengan pengalaman lebih dari 25 tahun di Amerika dan Indonesia. Pernah bekerja di SmithKline Pharmaceuticals, California sejak tahun 1996- setelah ia bertugas sebagai UCSF Postdoctoral Fellow di bidang Farmakologi Molekuler di Universitas California San Fransisco School for Medicine.
Dr. Raymond mempunyai paten di Indonesia, Asia, Eropa dan Amerika, disamping publikasi diberbagai jurnal saintifik terkemuka dunia.
Karyanya disitasi oleh pelbagai ilmuwan dan profesional dan dapat dilihat di Scopus dan Google Scholar dehan H-index tinggi. Dr. Raymond mempunyai ketertarikan melakukan riset pada topik akuisisi dan merger, farmakoekonomi, serta peran riset dan pegembangan pada produktivitas perusahaan farmasi dan bioteknologi di dunia maupun Indonesia.
Beberapa penghargaan yang diperoleh, antara lain: Habibie Award untuk Kedokteran dan Bioteknologi (2016), WIPO Award dari Organisasi Dunia Kekayaan Intelektual di Geneva (2018), SINTA Award dari Kemristekdikti (2018, 2020). Baru-baru ini Rank 1 in Indonesia Top 100 Medical and Health Science Scientists oleh organisasi pemeringkatan AD Scientific (2022).
Saat ini, Dr. Raymond menjabat sebagai Director of Business and Scientific Development sejak tahun 2000, serta Direktur Eksekutif pada institusi riset Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences Dexa Group, sejak tahun 2005,serta Komisaris Utama PT Ferron Par Pharmaceuticals.
Dr. Raymond juga mengajar Farmakologi Molekuler dan Strategi perusahaan Bioteknologi farmasi di beberapa universitas dan saat ini menjabat sebagai dosen pasca sarjana dari Fakultas Bioteknologi di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
Pendidikan yang pernah ditempuh, meliputi Sarjana Fisiologi Molekuler dari University of The Pacific di Stockton, CA, Magister dan Doktor (1994) dalam bidang Biokimia dari University of California, Riverside.
Mendapat Gelar MBA dengna konsentrasi manajemen strategis dari Ageno School of Business, Golden Gate University, San Francisco, CA. Saat ini sedang mempelajari Economic Policy di salah satu universitas terkemuka dalam bidang ekonomi politik di UK. (Sumber Berita: https://www.obatnews.com/figure/pr-4465012692/format-strategi-merger-dan-akuisisi-perusahaan-farmasi-besar-dunia-dan-bioteknologi?page=6 ). Redaksi JamuDigital.Com