Aromaterapi adalah suatu pengobatan alternatif menggunakan essential oil yang aplikasinya melalui inhalasi maupun dioles untuk mendapatkan efek terapetik. |
JamuDigital.Com- MEDIA JAMU, NOMOR SATU. Pemanfaatan minyak atsiri untuk terapi aromaterapi perlu terus dikembangkan karena potensinya di Indonesia sangat besar, sehingga dapat dijadikan sebagai pengobatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Untuk itu, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila bekerjasama dengan Enesis Grup mengadakan Webinar Nasional Pengembangan Aromatrapi Indonesia, pada Sabtu, 15 Januari 2022. Dihadiri triple helix ABG (Akademisi, Business dan Government), menampilkan narasumber dari Akademisi: Dekan Fakultas Farmasi Prof. Dr. apt. Shirly Kumala, M.Biomed., Government: Dra. apt. Trikoranti Mustikawati, Kepala Balai Besar POM Serang.
Praktisi Kesehatan: dr. Estelita Liana, dokter di RS Pondok Indah Jakarta. Dari pihak Business: bekerjasama dengan Enesis Group, suatu perusahaan FMCG yang meproduksi aromaterapi Plossa.
Sebagai moderator Ketua Pusat Kajian Bahan Alam Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Dr. apt. Yesi Desmiaty, M.Si.
Acara ini mendapatkan antusiasme peserta cukup banyak, yang telah mendaftar sejumlah 2000-an peserta dari 33 provinsi Provinsi dan 240 Kota/Kabupaten di Indonesia, dari berbagai latar balakang: Apoteker, Mahasiswa (Farmasi) dan masyarakat.
Webinar dilaksanakan secara online melalui zoom webinar conference dengan kapasitas 1000 orang, selebihnya karena keterbatasan ruang zoom, peserta menyaksikan melalui kanal youtube official Fakultas Farmasi Universitas Pancasila: https://www.youtube.com/watch?v=UEQ6VdxP-7s&t=1780s.
Kegiatan ini juga merupakan Pengembangan Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (P2AB) yang diakui Satuan Kredit Partisipasi (SKP) sebesar 3 SKP, dikeluarkan oleh PD IAI DKI Jakarta.
Diah Kartika Pratami, Ketua Panitia Webinar mengungkapkan latar belakang diadakannya kegiatan ini dilandasi oleh Indonesia telah dikenal sebagai negara megabiodiversitas yang kedua di dunia setelah Brasil.
"Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Kekayaan alam ini menjadi potensi Indonesia sebagai pemasok minyak atsiri di dunia dan dikembangkan menjadi produk aromaterapi", ungkapnya.
"Enesis Grup bersama produk kami Plossa dan Amunizer mendukung acara ini. Aromaterapi Indonesia menjadi kebutuhan di masa pandemi yang belum selesai, ditengah pandemic virus corona omicron juga mulai masuk. Kita sama-sama saling membantu menghadapai wabah corona yang belum selesai", ucap Henry Irawan, Pharma Head Enesis Grup.
Rektor Universitas Pancasila, Prof. Dr. Edie Toet Hendratno, S.H., M.Si., FCBArb. Menyebutkan bahwa acara ini memperlihatkan keunggulan Fakultas Farmasi Universitas Pancasila dibandingkan kampus farmasi lainnya, sebagai enterpreuner University.
Rektor Universitas Pancasila menantang pihak akademisi lebih mengembangakan aromaterpi ke arah ventura, sehingga Farmasi UP memiliki brand aromaterapi tersendiri. Hal ini perlu dikaji betul, dibuat feasibility study, untuk mengagkat aromaterapi sebagai unit bisnis dan menjadi icon Fakultas Farmasi.
Prof. Edie Toet Hendratno menambahkan, apakah suasana ventura atau bisnis bisa dimulai dalam tugas akhir S1 atau S2, dibuat kelompok, mahasiswa menyusun suatu bisnis plan yang diuji oleh dewan penguji, apakah feasible yang dipaparkan tersebut.
- Berita Terkait: Bersinergi dengan Masyarakat, Universitas Pancasila Gelar Pelatihan Produksi Minuman Kesehatan
- Berita Terkait: Universitas Pancasila Berikan Pelatihan Jamu dan Ecoenzyme Empon-Empon
- Berita Terkait: Sebulan Balik Modal, Bisnis Probiotik Skala Rumahan
Strategi dan Aplikasi Pemanfaatan Aromaterapi
Yesi Desmiati, Ketua Pusat Kajian Bahan Alam Fakultas Farmasi UP memaparkan, penggunaan minyak atisiri sebagai aromaterapi sudah sejak lama. Dimulai dari masa Dioskorides, penulis buku Materia Medica. Isolasi minyak atsiri sudah dikembangkan sejak zaman Ibnu Sina.
Seperti yang diketahui, bahwa Indonesia kaya akan keanekaragaman dan plasma tumbuhan. Ini tentu semua memiliki potensi farmakologi, ekonomi, budaya yang tinggi. Salah satu yang banyak di Indonesia, tanaman yang mengandung minyak atsiri atau essensial oil sebagai bahan produk aromaterapi.
Shirly Kumala, Guru Besar sekaligus Dekan Farkultas Farmasi UP, menjelaskan pengetian Aromaterapi, yaitu Terapi komplementer yang menggunakan minyak atsiri untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan, membangkitkan semangat, menyegarkan serta menenangkan jiwa dan raga.
Sumber essential oil atau minyak atsiri diperoleh dari hasil ekstraksi bunga, batang, daun, akar, dan buah dari suatu tanaman dengan berbagai metode. Manfaat penggunaan minyak atsiri ini banyak diantaranya: menurunkan depresi, gangguan pencernaan, sakit kepala, insomnia, nyeri otot, masalah pernapasan, penyakit kulit, sendi bengkak, komplikasi terkait urin.
Beliau menuturkan, data dari Arsip Pusat Persputakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian dan Dewan Atsiri Indonesia, Ada 97 jenis tanaman minyak atsiri yang tumbuh di Indonesia. Menurut Dewan Atsiri Indonesia baru sekitar 25-nya telah dikembangkan secara komersial menjadi industri minyak atsiri hulu-hilir sampai denan tahun 2020.
Dra. apt. Trikoranti Mustikawati, Kepala Balai Besar POM di Serang, menjelaskan mengenai Regulasi Pemanfaatan Essential Oil untuk Produk Kosmetik Aromaterapi, Penilaian CPKB dan Pendaftaran Produk. Menurutnya, jika bicara aromaterapi bisa dalam bentuk kosmetik berarti regulasinya masuk kosmetik dan industrinya harus memenuhi aspek CPKB.
Namun bila pemakainnya diluar fungsi kosmetik, maka masuk non kosmetik, sebagai obat tradisional, izin industri yaitu UKOT maupun UMOT.
Ia memberikan contoh pemanfaatan bahan aromaterapi atau essensial oil yang dapat didaftarkan sebagai kosmetik seperti: sediaan pijat (massage oil); sediaan wangi-wangian (eau de toilette, eau de parfume, eau du cologne); sediaan mandi (sabun, bath oil, bath salt, shower gel); masker wajah; sediaan pembersih rias wajah (Face toner); dan sediaan perawatan tubuh (body lotion).
Ada contoh pemanfaatan essential oil yang tidak dapat dikategorikan/tidak diizinkan sebagai kosmetik, seperti produk aromaterapinya yang digunakan tidak langsung pada kulit manusia bukan termasuk kosmetik.
Misal dengan menggunakan alat (diffuser) untuk mendistribusikan aroma essential oil ke ruangan atau diteteskan ke bantal sehingga aromanya dapat memberikan efek relaksasi.
"Produk yang mencantumkan klaim yang tidak ditujukan sebagai kosmetik pada media promosi/iklan dan penandaan/ kemasan produk, misal pengobatan anxietas, depresi, meredakan nyeri, relaksasi otot, mencegah atau mengobati penyakit dan mempengaruhi struktur dan fungsi fisiologi tubuh. Ini klaim yang dilarang dalam kosmetik" pungkasnya.
Aplikasi pemanfaatan aromaterapi dijelaskan dr. Estelita Liana, dari pengertian aromaterapi, yaitu suatu pengobatan alternatif menggunakan essential oil yang aplikasinya melalui inhalasi maupun dioles untuk mendapatkan efek terapetik.
Saat ini penggunaan aromaterapi masih terus dikembangkan dan dalam penelitian, belum diketahui bagaimana cara kerja dari aroma terapi, namun beberapa penelitian menunjukkan efek positif dari aromaterapi sebagai alternative/complimentary medicine.
Manfaat yang dirasakan oleh pengguna aromaterapi seperti mengurangi kecemasan, meningkatkan kualitas tidur, meredakan rasa nyeri, antioksidan, daln lainnya. Hipotesis para ahli, aromaterapi bekerja melalui sistem Saraf otak sehingga mampu memberikan rasa tenang dan nyaman.
Dalam kegiatan webinar ini antusiasme peserta sangat tinggi, dengan banyaknya peserta melemparkan pertanyaan kepada narasumber. Pertanyaan tersebut dijawab secara live maupun langsung diketik pada chat box QnA yang disediakan oleh platform zoom.
Kegiatan ditutup oleh Dr. apt. Novi Yantih, M.Si, selaku Wakil Rektor Universitas Pancasila juga dosen Fakultas Farmasi UP. Ia memanjatkan syukur atas kelancaran acara webinar nasional aromaterapi yang telah diadakan.
Ia menyatakan, peserta menjadi lebih paham tentang aromaterapi berkat penjelasan dari narasumber serta penjelasan produk Plossa dan Amunizer dari Enesis Grup. "Semoga webinar bisa menambah wawasan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa farmasi serta kepada masyarakat dan sejawat apoteker. dalam menutup kegiatan webinar", pungkas Novi Yantih. Redaksi JamuDigital.Com