![]() |
HINDARI KUNYIT DAN TEMULAWAK SEMENTARA WAKTU |
Arahan dari Dr. Taufikurrahman (Dosen Biologi ITB) agar JANGAN konsumsi/minum kunyit dan temulawak karena mengandung curcumin. Beberapa penelitian dari jurnal ilmiah telah membuktikan bahwa curcumin meningkatkan ekspresi enzim ACE2 (Angiotensin-converting-enzyme2) yang merupakan receptor Covid19, sehingga membuat tubuh lebih mudah menerima Covid19. Contoh referensi: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4651552/
Begitu pula masukan dari Prof. Daryono (Dekan Sekolah Farmasi ITB) tentang teori ini bahwa dari literatur yang mereka baca, curcumin dapat meningkatkan ekspresi ACE2 receptor. Begitu juga dari correspondence yang dikeluarkan The Lancet, disebutkan bahwa coronavirus berikatan dengan targetnya dibantu oleh ACE2 receptor.
"Human pathogenic coronaviruses (severe acute respiratory syndrome coronavirus [SARS-CoV] and SARSCoV-2) bind to their target cells through angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2), which is expressed by epithelial cells of the lung, intestine, kidney, and blood vessels."
Data tersebut diambil dari jurnal ini: https://jvi.asm.org/content/early/2020/01/23/JVI.00127-20
Link Video sebagai bahan pengaya:
https://youtu.be/1vZDVbqRhyM?fbclid=IwAR2h7wZgvK2GAndaH7ETKMo26wY3UoPwMu0yITc0Q3RPxSPGXuZvvT4oSJw
Sehingga sebagai kesimpulan sementara, untuk sementara kunyit dan temulawak justru dihindari khusus untuk tipe virus COVID-19. Namun ini bukan berarti menolak manfaat dari kunyit dan temulawak secara umum.
Demikian, sharing sementara dari diskusi di grup Dosen.
***
Klarifikasi Wido Supraha:
Klarifikasi Manfaat Curcumin dan Covid-19
By: Wido Supraha
Sehubungan banyaknya yang memforward tulisan saya di grup WA tentang curcumin dan covid-19, maka dengan ini diminta agar tidak lagi memforward ke masyarakat luas. Hal ini karena tulisan dimaksud pun sudah ditarik 15 menit sejak dirilis, dan telah _’delete for everyone’,_ sehingga tidak lagi valid untuk disebarkan ke publik dengan pemahaman yang berbeda.
Perlu saya jelaskan bahwa tulisan itu bersumber dari diskusi di internal kami langsung dengan para penelitinya, dan belum dikomparasi dengan para peneliti dari grup lain sehingga masih bersifat prematur dan belum layak untuk dijadikan konsumsi publik.
Paper yang dirujuk membahas curcumin murni, sementara pada kunyit dan temulawak sebagaimana diketahui terdapat macam-macam senyawa lain yang tentunya melahirkan efek yang berbeda dan perlu diteliti lebih lanjut.
Untuk kehati-hatian tentu mengkonsumsi minuman herbal atau jamu atau mpon-mpon tetap membutuhkan frekuensi dan takaran menkonsumsi sesuai pedoman para pakar, sehingga tidak berlebihan.
Di beberapa kampus yang lain seperti misalkan Farmasi UGM saat ini terdapat pusat penelitian untuk Curcumin, dan berhasil mensintesis senyawa turunan Curcumin. Salah satunya pentagamavunon, dimana senyawa ini diproyeksikan lebih ampuh dari dikpofenak atau kataflam sebagai anti nyeri dan anti inflam. Aktifitas anti oksidan sangat bagus digunakan sebagai penangkal virus. Namun tentu membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk ditetapkan sebagai obat COVID-19.
Mari kita berikan terus semangat kepada para peneliti Indonesia untuk berlomba-lomba dengan peneliti di luar negeri dalam menemukan anti-virus yang tepat untuk COVID-19, mengingat Indonesia kaya dengan rempah-rempah, sebagai bahan dasar obat-obatan manusia.
Channel *WA*: https://chat.whatsapp.com/7usudoA84QPHuaJq6b2wsk
Berita SANGGAHAN Temulawak dan Kunyit Aman Dikonsumsi, klik disini: Temulawak dan Kunyit, Aman Dikonsumsi Saat Pandemi Corona