Jangan Ragu: Temulawak dan Kunyit, Aman Dikonsumsi Saat Pandemi Corona. Keduanya dapat meningkatkan daya tahan tubuh. |
JamuDigital.Com- PIONER MEDIA ONLINE & MARKETPLACE JAMU INDONESIA. Temulawak dan Kunyit aman untuk dikonsumsi ketika pandemi Virus Corona- yang saat ini terjadi di Indonesia, karena keduanya dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Masyarakat jangan ragu menggunakan ramuan Jamu Indonesia untuk meningkatkan kesehatan.
Jamu Indonesia adalah warisan budaya bangsa Indonesia, yang terbukti mampu menjadi salah satu keunggulan daya saing Indonesia, karena mampu meningkatkan derajat kesehatan. Bahkan obat herbal Indonesia sudah diekspor ke berbagai negara, karena terbukti berkhasiat dan berkualitas.
Demikian hasil investigasi Redaksi JamuDigital.Com dengan mewawancarai berbagai pihak yang kompeten, dan penelusuran berbagai jurnal pendukung. Para pakar tersebut adalah: Prof. Dr. Mustofa, Apt., M.Kes., Direktur Direktorat Penelitian UGM-Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Dokter Willie Japaries, Kepala Prodi S1 Kesehatan Tradisional Dharma Usada Kampus Nalanda Jakarta, DR. (Cand.) Dr. lnggrid Tania, M.Si., Ketua Umum PD-POTJI (Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia, Irwin Asri, Apoteker yang berpengalaman menggunakan Curcumin puluhan tahun.
Hal ini perlu diklarifikasi terkait informasi yang diposting di media sosial oleh Wido Supraha yang berjudul "Hindari Kunyit dan Temulawak Sementara Waktu". Wido Supraha saat dihubungi Redaksi JamuDigital.Com pada Rabu pagi, 18 Maret 2020 mengaku sebagai Dosen Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, dan menjelaskan bahwa materi yang diposting tersebut merupakan hasil diskusi dari para dosen di Indonesia. Namun ketika dimintai keterangan lebih lanjut, tentang latar belakang keilmuannya dan mengampu matakuliah apa di kampusnya, Wido Supraha tidak berkenan menjelaskan. Postingan Wido Supraha di medsos, klik disini: Hindari Kunyit dan Temulawak untuk Sementara Waktu
Temulawak dan Kunyit Aman Dikonsumsi
Prof. Dr. Mustofa, Apt., M.Kes. (Direktur Direktorat Penelitian UGM) menjelaskan bahwa teori Covid masuk lewat ACE2 receptor masih hipotesis. Perlu dibuktikan lebih lanjut. Kemudian, Curcumin tidak hanya mempengaruhi ACE reseptor. Selanjutnya, Prof. Mustofa menunjukkan sebuah jurnal yang berisi pernyataan dari Prof. Giovanni de Simone, Chair, ESC Council on Hypertension, berjudul: Position Statement of the ESC Council on Hypertension on ACE-Inhibitors and Angiotensin Receptor Blockers.
Ada dua point penting dari Jurnal tersebut yaitu: Dewan Hipertensi Masyarakat Kardiologi Eropa menyoroti kurangnya bukti yang mendukung efek berbahaya ACE-I dan ARB dalam konteks wabah pandemik COVID-19.
Dewan Hipertensi Masyarakat Kardiologi Eropa sangat menganjurkan agar dokter dan pasien harus melanjutkan pengobatan dengan terapi anti-hipertensi yang biasa mereka lakukan, karena tidak ada bukti klinis atau ilmiah yang menyarankan bahwa pengobatan dengan ACE-I atau ARB harus dihentikan karena infeksi Covid-19.
Hal senanda dikemukakan oleh Irwin Asri, Apoteker yang sekarang bertugas di sebuah rumah sakit di Sumatera Barat: Masalah Curcumin ini mengemuka, karena interpolasi dari kasus Covid-19 di Eropa yang sempat menimbulkan kepanikan, kemudian apakah penderita Covid-19 yang juga memiliki hipertensi harus menghentikan penggunaan ACE inhibitor dan ARB. Dari sinilah kemudian dihubungkan dengan Curcumin. "Saya yakin Curcumin itu dapat sebagai imunomodulator," urainya.
Dokter Willie Japaries menjelaskan jika ditinjau dari ilmu Tradisional Komplementer, khasiat herba itu menilainya secara holistik bukan dengan zat tunggalnya, karena yang dikonsumsi itu Kunyit dan Temulawak bukan hanya Curcuminnya saja. Jadi menilai Curcumin semata, ibaratnya orang buta meraba gajah.
Sedangkan Dr. lnggrid Tania mengkritisi ketidak-akuratan dalam menganalisis dan menyimpulkan dari penulis yang memposting untuk tidak mengkonsumsi Temulawak dan Kunyit tersebut.
Curcumin tidak meningkatkan ekspresi reseptor ACE2. Yang benar, Curcumin meningkatkan ekspresi enzim ACE2. Reseptor ACE2 merupakan entry point dari SARS-CoV-2 menuju sel manusia, terutama sel alveolus pada paru-paru manusia. Mekanisme ini terjadi karena protein spike dari SARS-CoV-2 berikatan dengan reseptor ACE2, kemudian terjadi replikasi virus SARS-COV-2.
Adanya enzim ACE2 (ekstra sel) yang berlebihan (misalnya karena ekspresinya distimulasi oleh Curcumin) akan secara kompetitif berkaitan dengan SARS-CoV-2, sehingga menetralisir SARS-CoV-2, sekaligus menjaga aktivitas enzim ACE2 dalam sel alveolus dalam menyelamatkan paru-paru dari kerusakan.
Hasil studi bio-Informatika (molecular docking) yang dilakukan pada bulan Maret tahun 2020 menunjukkan bahwa senyawa Curcumin mampu berikatan dengan 3 reseptor protein SARS-CoV-2. yakni Protease Domain (6Lu7), Spike Glycoprotein (6LXT) dan RBD-ACE2 (6VW1). Dengan demikian, berdasarkan penelitian Bio-lnformatika dan In-vitro, Curcumin memberikan manfaat dalam mencegah dan mangobati Covid-19.
Himbauan melarang mengkonsumsi Temulawak, Kunyit dan Curcumin products seharusnya perlu melalui pengkajian dan penelitian yang mendalam, dengan dasar ilmiah dan bukti-bukti yang kuat. Tidak cukup hanya memakai alasan Curcumin meningkatkan ekspresi ACE2 miokardium jantung, kemudian alasan tersebut dihubungkan dengan pernyataan bahwa ACE2 (terutama di alveolus paru) merupakan reseptor dari protein spike SARS-CoV-2, kemudian disimpulkan bahwa mengkonsumsi Curcumin akan menimbulkan kerentanan terkena Covid-19.
Padahal, Covid-19 ini tergolong penyakit yang baru ada di dunia sejak Desember 2019. Artinya, berbagai penelitian terkait Covid-19 baru dilaksanakan paling cepat Desember 2019. Hasil penelitian hingga saat ini, juga mengungkapkan bahwa cell entry dari SARS-CoV-2 tidak hanya bergantung pada ikatan protein spike virus dengan reseptor sel (ACE2), tapi juga bergantung pada priming protein Spike oleh protease sel inang (TMPRSS2).
Bahkan penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa beberapa senyawa dari bahan alam mampu mengikat secara langsung pada reseptor ACE2 inang maupun protease virus. Bahkan ada kemampuan sebagai anti-inflamasi dengan cara menekan badai sitokin, sehingga mencegah perburukan paru.
Banyak bukti ilmiah yang menunjukkan beragam manfaat Curcumin yang terkandung dalam Kunyit, Temulawak, dan lain-lain, diantaranya efek antiperadangan, efek meningkatkan kekebalan tubuh.
Sedangkan efek kerentanan terhadap Covid-19 belum ada bukti-bukti ilmiahnya. Maka, hingga saat ini dapat disimpulkan bahwa mengkonsumsi Jamu Temulawak dan Kunyit yang mengandung Curcumin aman dan malah memberi manfaat untuk kesehatan, demikian ditegaskan Dokter Inggrid Tania, M.Si, yang kini sedang menyelesaikan Disertasi Program Doktor di Universitas Indonesia. Redaksi JamuDigital.Com