Usaha minuman kunyit asam milik mantan bartender di Bali kini telah berkembang pesat dan merambah ke hotel-hotel mewah di Bali. |
JamuDigital.Com- MEDIA JAMU, NOMOR SATU. I Wayan Gede Arya Ariawan, 34 tahun, warga Banjar Kebonkuri Kelod Kesiman, Denpasar Timur berhasil mengembangkan bisnis jamu kunyit asam. Usaha minuman kunyit asam yang diberi label ’Djamoe ala Mbo Dek’ milik mantan bartender di Bali kini telah berkembang pesat dan merambah ke hotel-hotel mewah di Bali.
Arya mengatakan, ia memulai bisnis jamu kunyit asam pada tahun 2019. "Untuk hotel-hotel yang bekerja sama, kami menjalankan sistem kontrak dengan harga berkisar dari ratusan hingga jutaan rupiah," ungkap Arya, Sabtu, 7 Oktober 2023.
Jamu kunyit asam ini adalah minuman herbal dengan komposisi bahan-bahan seperti kunyit, asem, serai, kayu manis, dan rempah-rempah lainnya. Pada awalnya, produksi yang dilakukan dalam takaran 7 liter yang kemudian didistribusikan kepada teman-teman istrinya.
Dikutip dari website nusabali.com, "Dalam beberapa hari, teman-teman istri mulai memesan 3-5 botol, sehingga produksi jamu kami mulai dikenal dan kami pun meningkatkan takarannya dari 7 liter menjadi 25 liter," kata alumnus Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar, dengan jurusan Ekonomi Manajemen ini.
- Berita Terkait: 5 Cara Menjaga Tulang, Otot, dan Sendi, Agar Sehat Hingga Hari Tua Nanti
- Berita Terkait: NOSTEO dan NOKILIR Diresepkan Dokter Ahli Ortopedi Indonesia
- Berita Terkait: 7 Manfaat Buah Srikaya untuk Kesehatan
Arya mengaku, ia tertarik membuat jamu kunyit asam karena ingin memperkenalkan kembali minuman tradisional Indonesia. Ia juga ingin mengajak masyarakat untuk hidup sehat dengan mengonsumsi jamu.
"Jamu itu bukan obat, tapi minuman herbal untuk meningkatkan daya tahan tubuh," kata Arya. Usaha jamu ini diakui mulai berkembang pesat setelah pandemi COVID-19. Selama pandemi, ia berhasil memproduksi 50-100 liter jamu per tahun dengan harga awal Rp 10.000 per botol 600 ml. Bahkan usaha ini di Tabanan sudah memiliki reseller di Baturiti dan Beraban.
Saat ini, Arya memiliki berbagai varian jamu, termasuk jamu kunyit asam, kombucha, ginger beer, dan beras kencur. Kombucha dari fermentasi teh hitam, teleng dan rosela, sedangkan ginger beer dari fermentasi jahe dan rempah-rempah.
Jamu-jamu tersebut diproduksi di rumah Arya di Jalan Sedap Malam, Denpasar.
Arya menjual jamu kunyit asamnya dengan harga Rp 35.000 - Rp 75.000 per botol.
"Harapan kami untuk masa depan adalah dapat mengembangkan usaha ini untuk membantu petani lokal dalam mencari rempah-rempah dan menciptakan minuman yang dapat meningkatkan kesehatan masyarakat," kata Arya.
Arya pun berharap, masyarakat dapat memahami konsep jamu dengan lebih baik dan tidak salah menganggapnya sebagai obat kuat, obat kekebalan, atau obat untuk masalah kesehatan tertentu.
"Jamu adalah minuman herbal yang bertujuan meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan pencernaan. Hal ini untuk mencegah penyakit daripada mengobati setelah sakit," kata Arya.
Dalam proses pembuatan jamu ini, Arya menghadapi beberapa kendala, seperti pengemasan menggunakan botol kaca yang berbeda dari umumnya yang menggunakan botol plastik, dan kurangnya tenaga kerja berpengalaman yang memerlukan pelatihan ekstra untuk mempertahankan cita rasa jamu. "Kami berharap dapat mengatasi kendala ini di masa depan," kata Arya.
Arya melihat peluang besar untuk mengembangkan bisnis jamu di Indonesia. Ia berharap, masyarakat dapat lebih mengenal dan mengonsumsi jamu sebagai minuman yang bermanfaat bagi kesehatan.
"Jamu adalah warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan," pesan alumnus SMK PGRI 3 Denpasar ini. Redaksi JamuDigital.Com