Ekstrak parijoto memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan obat tradisional berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan. |
JamuDigital.Com- MEDIA JAMU, NOMOR SATU. Tanaman parijoto (Medinilla speciosa Blume) tumbuh subur dan liar di lereng-lereng gunung atau di hutan-hutan pada tanah yang berhumus dan lembab di lereng gunung. Salah satu lokasi paling banyak ditemukan tanaman parijoto terdapat di lereng Pegunungan Muria, Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Secara empiris buah parijoto telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk mengobati diare, sariawan, radang, hiperlipidemia, kanker, serta infeksi bakteri dan nutrisi bagi ibu hamil. Pemanfaatan lain dari parijoto digunakan sebagai simbol ritual dan tanaman hias.
Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak buah parijoto adalah senyawa saponin, tannin, fenolik dan flavonoid. Senyawa flavonoid dan tannin yang terdapat pada buah parijoto telah dikenal mampu untuk memberikan perlindungan terhadap mikroba dan memiliki aktivitas antioksidan.
Dikutip dari website Farmasi UGM, Ekstrak heksana parijoto mengandung senyawa kuinon, polifenol, steroid dan triterpene. Ekstrak etil asetat parijoto mengandung alkaloid, flavonoid, polifenol, saponin, tanin, monoterpen, dan seskuiterpen, sedangkan ekstrak metanol mengandung alkaloid, flavonoid, kuinon, polifenol, saponin dan tannin.
- Berita Terkait: Gizi Seimbang, Prestasi Gemilang
- Berita Terkait: Kisah NOSTEO dan NOKILIR Diperkenalkan Kepada Pendekar SH Terate Jawa Tengah
- Berita Terkait: 5 Tanaman Hias Berkhasiat Obat
Ekstrak parijoto memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan obat tradisional berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan potensi antibakteri dalam buah parijoto terdapat dalam ekstrak polarnya yaitu ekstrak etanol dan methanol. Ekstrak methanol selanjutnya dikomparasi dengan kloramfenikol yang digunakan sebagai pengobatan dalam kasus penyakit tifus yang disebabkan oleh bakteri S.typhi.
Hasil ini mengungkapkan bahwa ekstrak tersebut dapat menjadi kandidat antibakteri alternatif baru, terutama untuk mengobati disentri basiler. Penelitian tersebut dapat digunakan sebagai dasar pengembangan ekstrak parijoto sebagai bahan obat tradisional dalam menyembuhkan infeksi mikroba.
Ekstrak buah parijoto juga berpotensi sebagai antioksidan dan aktivitas fagositosis makrofag untuk meningkatkan system imun. Indeks fagositosis makrofag pada tikus meningkat 3.16 % setelah pemberian ekstrak buah parijoto pada konsentrasi 500 µg/mL. Selain itu aktivitas antioksidan yang terkandung dalam ekstrak buah parijoto juga kuat dengan IC50 sebesar 23,73±0,01 ppm.
Hasil penelitian melaporkan bahwa ekstrak buah parijoto memiliki potensi sitotoksik terhadap sel kanker servix dengan IC50 sebesar 209,6 µg/mL dan memiliki efek yang sinergis apabila dikombinasikan dengan cisplatin (Combination Index < 1).
Hasil uji toksisitas akut ekstrak buah parijoto tidak dapat ditentukan karena tidak ada kematian hewan uji setelah pemberian dosis ekstrak parijoto sebesar 50 g/kg BB pada mencit dinyatakan dengan hasil LD50semu.
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak buah parijoto relative kurang berbahaya. Melihat potensi farmakologi dan hasil pengujian toksisitasnya menggunakan hewan uji, ekstrak parijoto berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan obat tradisional maupun suplemen kesehatan yang relative tidak berbahaya. Redaksi JamuDigital.Com