![]() |
Seorang peracik obat herbal asal Kediri, Yuwono, tetap bertahan dengan meramu obat herbal di tengah gempuran bermacam-macam obat produksi pabrik. |
JamuDigital.Com- MEDIA JAMU, NOMOR SATU. Seorang peracik obat herbal di Kelurahan Banaran, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Yuwono, tetap bertahan dengan meramu obat herbal di tengah gempuran bermacam-macam obat produksi pabrik.
Ia terus berupaya melestarikan khasiat tanaman obat keluarga (toga) kepada masyarakat, bermacam jenis jamu yang dibuatnya, seperti untuk sakit kepala, gangguan pencernaan (maag), dan untuk menambah vitalitas. Bahkan saat pandemi covid-19 lalu, Yuwono juga meramu jamu yang berkhasiat untuk menambah imunitas.
Pasiennya tidak hanya datang dari Kediri saja, tapi juga banyak yang datang dari luar kota dan untuk memudahkan pasien mendapatkan jamu, Yuwono juga siap mengirimkan jamu sesuai pesanan ke alamat yang diinginkan oleh pemesan.
Dikutip dari bangsaonline.com, jamu herbal produksinya dijual dengan harga Rp70 ribu per 1 kg, jika harus dikirim akan ditambah ongkos kirim yang besarnya tergantung jauh dekatnya alamat yang dituju.
- Berita Terkait: Inggrid Tania Presentasikan Herbal Medik di PIT dan Mukernas PDUI
- Berita Terkait: Ketua Umum PDPOTJI: Kemenkes Perlu Mendorong Formularium Fitofarmaka Segera Masuk JKN
- Berita Terkait: Wawancara Khusus Ketum PDPOTJI: Potensi Obat Herbal untuk Ketahanan Kesehatan Nasional
"Kami sangat bersyukur upaya kami untuk melestarikan obat tradisional ini, mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah setempat, khusus Pemerintah Kelurahan Banaran," ucapnya pada Kamis, 18 April 2024.
Pemilik Klinik Herbal Taman Toga Wahyu Alam itu bertekad untuk dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan Kampung Kreatif Independen (Kampung Keren) di Kota Kediri dengan melestarikan tanaman obat ini.
Menurut dia, bahan obat atau jamu herbal bikinannya terdiri dari kayu manis, sereh hitam, kunyit basah, jahe basah, temulawak, dan sedikit akar ginseng. Bahan tersebut lalu blender, kemudian direbus bersama bahan-bahan lain dan dicampur gula putih secukupnya.
"Bila sudah jadi, ramuan berupa bubuk bisa bertahan sampai 4 bulan," tuturnya.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, Yuwono tidak terlalu khawatir, karena ia mempunyai kebun tanaman obat di Hutan Bambingan, Lereng Gunung Kelud di Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, dan di perkebunan daerah Kademangan, Kabupaten Blitar.
Yuwono mengaku mulai mempelajari tanaman obat herbal sejak 1995 dengan sumber utama ialah buku, serta ’ilmu khusus’ berupa pengalaman dan informasi dari beberapa orang tua. Ia membuka pengobatan herbal dengan memanfaatkan tumbuhan sejak 2000. Redaksi JamuDigital.Com