![]() |
Pengobatan Tradisional Melayu memiliki problematika pengembangan yang hampir sama, sehingga kerjasama antara negara di kawasan Melayu akan mempercepat potensi berkembang lebih baik. |
JamuDigital.Com- MEDIA JAMU, NOMOR SATU. Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), DR. (Cand.) dr. Inggrid Tania, M.Si . (Herbal) tampil sebagai narasumber pada event Talks on Jamu & Traditional Malay Medicine (Current Situation and Future Pospects).
Event diatas diadakan oleh Persatuan Perubatan Warisan Melayu Singapura, pada 23 Juli 2024, di Singapura.
Dalam makalahnya berjudul "Jamu & Traditional Malay Medicine: Current Situation & Future Prospects", Inggrid Tania antara lain menjelaskan tentang Pemanfaatan Obat Herbal Tradisional Indonesia, sebagai berikut:
- Sampai saat ini yang tersedia hanyalah Fitofarmaka (jamu/obat tradisional), yang telah teruji secara klinis) telah disetujui untuk digunakan secara formal kesehatan.
- Tidak ada satu pun Fitofarmaka yang tercakup dalam cakupan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
- Dari lebih dari 2.000 rumah sakit di Indonesia, hanya 37 rumah sakit yang menyediakan Fitofarmaka.
- Sementara penggunaan Jamu yang dijual bebas, OHT dan Fitofarmaka semakin meningkat hingga saat ini.
Komunitas Pengobatan tradisional mungkin perlu berbicara dalam bahasa yang sama dengan Komunitas Pengobatan konvensional, untuk meyakinkan mereka bahwa pengobatan tradisional aman dan efektif, dengan memberikan bukti-bukti ilmiah.
Komunitas pengobatan konvensional perlu memahami keterbatasan yang ada (metode ilmiah yang masih belum mampu memberikan) representasi akurat dari realitas. Karena metode ilmiah tidak dapat mengenali pengaruh personal dan keyakinan budaya- baik pada persepsi maupun interpretasi terhadap fenomena alam.
"Masyarakat menggunakan terapi alternatif secara luas. Untuk melayani mereka dengan sebaik-baiknya, profesional kesehatan harus mempelajari point-point baik dan kekurangan dari terapi ini. Para profesional kesehatan bekerja dengan informasi pasien untuk mengintegrasikan terapi yang paling berguna dan terbukti ke dalam praktik kesehatan yang standar.
Dalam keadaan seperti itu, maka kepuasan pasien akan meningkat. Dengan menerapkan penelitian ilmiah dalam mengevaluasi alternatif terapi, akan melindungi pasien sambil menawarkan pengobatan denan model pengobatan integratif. "
Demikian Inggrid Tania mengutip pendapat dari Victor S. Sierpina, MD, former American Board of Integrative and Holistic Medicine, Laura Nell Nicholson Family- Professor of Integrative Medicine at the University of Texas Medical Branch, USA.
Makalah Inggrid Tania cukup lengkap, dengan membahas sub topik berikut ini:
- Pengantar Pengobatan Tradisional Indonesia: Sejarah, Filsafat & Kosmologi
- Modalitas Pengobatan Tradisional Indonesia
- Jamu sebagai modalitas utama Pengobatan Tradisional Indonesia
- Penelitian & Pengembangan Jamu (Obat Herbal Tradisional Indonesia)
- Uji Klinis Jamu di Era Pandemi COVID-19 di Indonesia: Berbagi Pengalaman sebagai Peneliti Utama
- Integrasi Jamu ke dalam layanan kesehatan formal di Indonesia.
Wawancara Khusus dengan Ketua Umum PDPOTJI
Berikut ini, wawancara khusus Redaksi JamuDigital.Com dengan Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), DR. (Cand.) dr. Inggrid Tania, M.Si . (Herbal), usai pelaksanaan Talks on Jamu & Traditional Malay Medicine (Current Situation and Future Pospects), di Singapura:
"Jadi acara kemarin itu, saya memenuhi undangan dari Persatuan Perubatan Warisan Melayu. Dimana persatuan ini merupakan organisasi pengobatan tradisional dari Singapura. Tentu saja pengobatan tradisional Melayu.
Melayu disini mencakup Nusantara. Jadi tidak hanya Malaysia, tetapi sebetulnya wilayah Nusantara- intinya sebagian besar Asia Tenggara yang didiami mayoritas etnis Melayu sehingga sistem pengobatannya disebut sebagai pengobatan tradisional Melayu," jelas Inggrid Tania.
Saya diminta membawakan topik tentang Jamu dan juga tradisional Malay medicine. Artinya hubungan antara Jamu dengan tradisional Malay medicine bagaimana situasi terkini dan prospek pengembangannya di masa depan. Saya menyampaikan bahwa Jamu memang warisan budaya sehat dan spesifiknya adalah Jawa.
Saya terangkan pada acara itu tentang Jamu. Baik Jamu yang merupakan budaya sehat masyarakat Indonesia, terutama budaya sehat masyarakat Jawa, yang kemudian budaya sehat tersebut menyebar ke seluruh Indonesia.
Jadi, tidak hanya di Jawa ya, ini menyebar ke seluruh Indonesia dan juga sampai ke negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti: Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand bagian selatan, mereka semua kenal dengan Jamu.
Sehingga mereka tahu ada Jamu habis bersalin, ada Jamu gendong, ada yang umumnya terdiri dari 8 macam Jamu gendong. Kemudian intinya misalnya dari negara-negara Singapura, Malaysia itu memang mengakui Jamu berasal dari Jawa dan pengaruh jamu ini tentu juga mempengaruhi yang dinamakan ramuan, ramuan Melayu.
Cuma mereka memang kalau yang dari Sumatra, atau dari Kalimantan, atau Malaysia, Singapura, memang ada juga yang tidak menggunakan istilah Jamu, tapi menggunakan istilah ramuan.
Nah, intinya tradisional Indonesian medicine, pengobatan tradisional Indonesia maupun pengobatan tradisional Malay semua berasal dari akar yang sama, karena berasal dari nenek moyang yang sama sebetulnya, yaitu ras Melayu.
Dan kita Indonesia maupun Singapura, atau Malaysia, ataupun suku Melayu di Filipina ataupun di Thailand bagian selatan, itu ternyata memang menghadapi juga tantangan yang sama, menghadapi masalah yang sama.
Nah, misalnya diantaranya kalau mau dimasukkan ke dalam sistem pelayanan kesehatan formal, memang seringkali dituntut adanya clinical evidence, atau bukti-bukti klinis.
Nah, karena itu pada acara tersebut saya juga menceritakan tentang bagaimana uji klinis di Indonesia. Misalnya uji klinis Jamu, kemudian nanti ada sebagian Jamu yang menjadi obat herbal standart, kemudian nanti sebagian dari obat herbal standart itu, atau sebagian dari Jamu itu ada yang dapat dikembangkan menjadi Fitofarmaka.
Tentu saya jelaskan definisi Fitofarmaka di Indonesia itu apa, yaitu obat bahan alam yang memang keamanan dan khasiatnya sudah terbukti melalui uji praklinis dan uji klinis.
Memang definisi Fitofarmaka ini berbeda dengan definisi Fitofarmaka di India dan juga definisi Fitofarmaka di Jerman. Definisi Fitofarmaka di India dan Jerman itu artinya merupakan obat bahan alam yang komposisinya berupa kelompok senyawa aktif.
Misalnya kalau di sana ada Fitofarmakanya misalnya kurkuminoid atau kurkumin, itu baru mereka sebut sebagai Fitofarmaka atau phytopharmaceuticals.
Jadi memang berbeda definisi, saya jelaskan itu juga. Terakhir dapat dibaca di take home message paper saya, bagaimana agar pengobatan tradisional termasuk di dalamnya Jamu dan juga ramuan itu dapat saja dipakai di pelayanan kesehatan formal, tapi memang akan lebih mudah kalau sudah ada bukti-bukti klinis.
Di samping memang kalangan kedokteran konvensional memang harus lebih memahami bahwa karakteristik dari obat bahan alam itu berbeda dengan obat konvensional sintetik.
Sehingga nanti akan berpengaruh juga ke dalam desain atau rancangan penelitian atau rancangan dari uji klinis yang harusnya berbeda antara rancangan uji klinis obat bahan alam dengan rancangan uji klinis obat konvensional.
Sehingga nanti dapat dihasilkan semakin banyaknya obat bahan alam yang memiliki bukti-bukti klinis, termasuk Jamu-Jamu yang memiliki bukti klinis. Ini juga dilakukan, ternyata konsep ini sama dilakukan di Malaysia dan Singapura, juga negara lain. Sebetulnya, Filipina dan Thailand juga seperti itu.
Tantangan yang lain, misalnya dalam hal memasyarakatkan atau membudayakan Jamu itu sebagai bagian dari gaya hidup sehari-hari. Redaksi JamuDigital.Com