Kajian Kualitas, Inovasi dan Ekonomi agar Jamu di DIY Naik Kelas
Tanggal Posting : Senin, 3 Februari 2020 | 12:07
Liputan : Redaksi JamuDigital.Com - Dibaca : 2633 Kali
Kajian Kualitas, Inovasi dan Ekonomi agar Jamu di DIY Naik Kelas
DR. Kintoko, M.Sc.Apt sedang menyampaikan Kajian Kualitas, Inovasi dan Ekonomi agar Jamu di DIY Naik Kelas, di Yogyakarta, 2 Februari 2020.

JamuDigital.Com- PIONER MEDIA ONLINE & MARKETPLACE JAMU INDONESIA. DR. Kintoko, M.Sc, Apt-Saintis, Praktisi Herbal dan Direktur Kantor Urusan Bisnis dan Inovasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) memaparkan materi dengan judul "Djamoe DIY Naik Kelas, Kajian Kualitas, Inovasi dan Ekonomi" pada 2 Februari 2020 di Kampus UAD Yogyakarta.

Kegiatan yang dilakukan atas Kerjasama KUBI UAD dengan HISFARIN IAI DIY ini, dijadikan Kintoko untuk menyajikan bahasan yang komprehensif dengan outline materi sebagai berikut: Pendahuluan, Mapping Djamoe DIY, Tingkatkan Kualitas Djamoe, Kembangkan Inovasi Djamoe, Raihlah Ke-Ekonomi-an Djamoe.

Dalam Pendahuluan disebutkan Nilai Strategis Pengobatan Tradisional Dalam Pembangunan Nasional (Kotranas). Sebagai Budaya: dilakukan upaya melestarikan warisan budaya bangsa. Aspek Kesehatan: Sebagai upaya untuk pengobatan sendiri maupun dalam yankes formal. Aspek Ekonomi: Sebagai upaya meningkatkan ekonomi masyarakat, memberikan peluang kesempatan kerja & mengurangi kemiskinan.

Kintoko yang alumni Fakultas Farmasi UGM dan Guangxi Medical University ini mengupas beberapa aspek tentang Djamoe & Budaya. Obat Tradisional Indonesia itu sebagai Warisan Budaya Bangsa. Relief Karmawibhangga candi Borobudur. Kata jamu (jampi) ditemukan pada naskah kuno Gathotkacasraya karya Mpu Panuluh. Serat Centhini (1814). Serah kawruh bab jampi-jampi jawi (1831).

ARKEOLOGI. Relief Candi Borobudur, Prambanan, Penataran, Sukuh dan Tegalwangi, yang dibangun pada masa Kerajaaan Hindu dan Buddha. Relief Karmawibhangga di candi Borobudur tahun 772 M. Relief orang menumbuk jamu di Candi Sukuh.

FILOLOGI. Naskah klasik jamu ada pada buku: 1. Perpustakaan museum Sonobudaya; Primbon Serat Primbon Sarat Warna-warni Primbon Jampi Jawi. 2. Perpustakaan Pura Pakualaman; Punika Kagungan nDalem Jampi. 3. Perpustakaan Widya Budaya Kraton Catatan Jamu Tradisional 1 Buku Kitab Betaljemur Adammakna. 4. Perpustakaan museum Radya Pustaka Buku berhuruf jawa berjudul Serat Primbon. 5. Perpustakaan Widya Budaya Kraton Surakarta Kawruh Bab Jampi-jampi Jawi.

ANTROPOLOGI. Prasasti Madhawapura peninggalan Kerajaan Hindu Majapahit, abad 13 M, yang menyebutkan adanya profesi peracik jamu yang disebut Acaraki. Pada zaman Majapahit, jamu menjadi minuman kebesaran raja di upacara-upacara kerajaan. Jamu yang diminum raja itu melambangkan delapan arah mata angin sekaligus lambang surya Majapahit, Wilwatikta.

Kintoko

Keterangan Foto: Peserta seminar menyimak dengan seksama paparan DR. Kintoko, M.Sc. Apt yang banyak menyajikan hasil temuan survei untuk pengembangan Jamu di Yogyakarta.

Delapan jenis jamu tersebut adalah: kunir-asam, beras-kencur, cabe-puyang, paitan, kunci-suruh, kudu-laos, uyup-uyup (gepyokan) dan tawar-sinom. Urutan meminum jamu yang ideal dimulai dari manis-asam, sedikit pedas-hangat, pedas, pahit, tawar, hingga manis kembali, sesuai dengan siklus kehidupan manusia.

Pengembangan dan Pemanfaatan TOGA, Pengobatan Tradisional. Data Tahun 2010: Potensi Dan Prospek Pengembangan Tanaman Obat. Dari 300 jenis tanaman obat yang digunakan oleh industri OT/jamu: baru 50 yang dibudidayakan dan baru 13 diantaranya yang secara intensif dikembangkan.

Selanjutnya dibahas tetang tema untuk mengembangkan inovasi Djamoe, dengan Keunggulan Komparatif Indonesia: Kuliner, Herbal, Farmasi, Jasad Renik. Untuk Inovasi Djamoe: Sediaan, Kemasan, Proses. Redaksi JamuDigital.Com


Kolom Komentar
Berita Terkait

JAMU DIGITAL: MEDIA JAMU, NOMOR SATU

Tentang Kami

@ Copyright 2024. All Right Reserved.  www.jamudigital.com

  Link Media Sosial Jamu Digital: