![]() |
Hari Lada Internasional 2023, King of Spice: Hitam, Putih, Hijau |
JamuDigital.Com- MEDIA JAMU, NOMOR SATU. Indonesia masuk sebagai negara pengekspor terbesar jenis rempah "King of Spice" ini. Ada tiga jenis produk dari tanaman rempah ini: Lada hitam, putih, dan hijau.
Lada hitam memang yang paling dikenal, dengan cara buah dipetik ketika masih belum terkelupas, kemudian dicelupkan sebentar ke dalam air mendidih dan dibiarkan mengering di bawah sinar matahari. Beberapa hari kemudian, kulitnya akan mengerut dan menghitam, menghasilkan kerutan-kerutan yang khas.
Lada putih diperoleh dengan cara memetik biji masak merah, kulit bagian luarnya dilunakkan dengan cara direndam dalam air, lalu dibiarkan mengering dan diseka dengan air atau lewat aksi mekanis.
Lada hijau atau buah lada biji hijau dipetik ketika masih dalam keadaan belum terkelupas, seperti lada hitam, lalu segera direndam dalam air asin.
Lada atau merica ini, jenis rempah yang bernilai tinggi dan paling banyak mengandung nilai historis. Tidak mengherankan jika International Pepper Community (IPC) menggelar perayaan Hari Lada Internasional 2023 di Jakarta, Kamis, 13 April 2023.
- Berita Terkait: OMAI Dibagikan Disejumlah Titik Jalur Mudik, Membantu Meningkatkan Kesehatan Masyarakat
- Berita Terkait: Masyarakat Harus Manfaatkan Skrining Gratis: Tersedia untuk 14 Jenis Penyakit
- Berita Terkait: Reportase JamuDigital dari Berbagai Negara, Unik dan Menarik
Dipimpin Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Djatmiko Bris Witjaksono, didampingi Direktur Antar Kawasan dan Organisasi Internasional Kemendag Reza Pahlevi Chairul. Acara tersebut dihadiri para eksportir dan importir lada Indonesia serta pejabat Kemendag.
"Peringatan Hari Lada merupakan bentuk dukungan Pemerintah Indonesia terhadap program pengembangan sektor lada. Hari Lada Internasional dimaksudkan sebagai kegiatan mempromosikan konsumsi lada global untuk membantu jutaan petani yang ekonominya bergantung pada lada. Merayakan Hari Lada Internasional juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pemangku kepentingan akan pentingnya berbagai isu sektor lada," kata Djatmiko dalam sambutannya seperti dikutip di laman web Kemendag.
IPC telah menetapkan 16 April sebagai Hari Lada Internasional yang mulai diperingati sejak 2021. Hari Lada Internasional berperan memobilisasi promosi untuk meningkatkan konsumsi lada. Selain itu, Hari Lada Internasional juga bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara pasokan dan permintaan lada di seluruh dunia.
Lada merupakan komoditas yang memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia. Sejak akhir abad ke-16, Indonesia telah menjadi pemasok penting bagi perdagangan lada dunia. Hingga saat ini, lada masih menjadi salah satu penyumbang devisa negara terbesar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor lada periode 2018-2022 menembus USD 775 juta. Volume perdagangan rata-rata mencapai 45 ribu ton pada periode tersebut.
Djatmiko mengutarakan, sebagai negara dengan perkebunan lada terbesar ketiga di dunia, Indonesia perlu menggenjot pengembangan lada untuk kembali menjadi pemain utama di kancah internasional. Ia pun menyoroti salah satu tantangan saat ini adalah rendahnya harga lada di tingkat petani.
Di sisi lain, Djatmiko menyatakan bahwa lada Indonesia dengan mutunya yang tinggi dikenal sebagai produk kelas atas dibandingkan produk negara produsen lainnya. Manfaat ini harus dipromosikan dan dipertahankan secara nasional dan internasional melalui budidaya lada dan teknik pengolahan lada yang sesuai dengan praktik pertanian yang baik. Langkah strategis ini pun harus didukung dengan inovasi dan pemasaran baik di hulu dan maupun hilir.
"Lada Indonesia memiliki kandungan piperin yang tinggi hingga sepuluh persen dan rasa yang tajam. Beberapa lada Indonesia juga telah mempunyai sertifikat Indikasi Geografis seperti lada putih Muntok;lada hitam Lampung; lada Luwu Timur; dan lada malonan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Indonesia juga memiliki beragam varietas tanaman lada unggulan hingga sepuluh jenis," ujar Djatmiko. Djatmiko menambahkan, untuk mendukung pengembangan industri lada Indonesia, salah satu program utama pemerintah adalah meningkatkan produksi lada bernilai tambah tinggi.
"Inovasi adalah kunci terpenting untuk menciptakan produk lada yang bernilai tambah. Kami berharap dapat mencapai target harga lada yang remuneratif melalui produk lada yang bernilai tambah," kata Djatmiko.
IPC adalah organisasi antarpemerintah yang aktif di sektor lada. IPC didirikan tahun 1972. IPC bertujuan mempromosikan, mengkoordinasikan, dan menyelaraskan seluruh kegiatan yang terkait dengan aspek ekonomi lada.
Kegiatan-kegiatan IPC berhubungan dengan pengembangan lebih lanjut industri dan perdagangan lada di negara-negara anggotanya. IPC memiliki lima anggota permanen, yaitu India, Indonesia, Malaysia, Sri Lanka, dan Vietnam. Terdapat dua anggota asosiasi yaitu Papua Nugini dan Filipina. Ketujuh anggota IPC secara total menghasilkan 70% produksi lada dunia. Redaksi JamuDigital.Com