Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi stunting yang diderita oleh anak-anak dan balita di Badui. |
JamuDigital.Com- MEDIA JAMU, NOMOR SATU. Kelompok masyarakat adat Badui tinggal di pedalaman Lebak, Banten, Jawa Barat. Masyarakat ini terbagi menjadi dua bagian: Badui dalam dan Badui luar, yang dibedakan berdasarkan warna pakaian pria.
Meskipun mereka dekat dengan ibu kota negara, Badui mempertahankan tradisi dan budaya mereka tanpa banyak berinteraksi dengan orang lain. Namun, kondisi ini menyebabkan berbagai masalah, termasuk stunting.
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang ditandai dengan tinggi badan di bawah standar.
Data yang dikumpulkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa tingkat stunting Provinsi Banten saat ini berada di peringkat 5 besar angka stunting nasional. Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, melalui Program Pengabdian Masyarakat, turun langsung ke wilayah Badui untuk mengatasi masalah ini.
- Berita Terkait: 10 Buah Ini Dapat Meredakan Nyeri Sendi Pada Tubuh
- Berita Terkait: Minyak Boreh Kekinian NOKILIR, Inovasi Dua Ahli Farmasi Indonesia
- Berita Terkait: Aplikasi Teman Bumil, Diganjar Penghargaan Pencegahan Stunting
Dikutip dari laman Fakultas Farmasi UI, tim Pengmas UI yang dipimpin oleh apt. Tri Wahyuni, M. Biomed, Ph.D., dan didukung oleh anggota tim terdiri dari para Dosen dan Tenaga Kependidikan, berjumlah sekitar empat orang, melaksanakan kunjungan ke Kampung Cisadane, Kampung Batu Belah, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, dan Kabupaten Lebak, Banten, pada Sabtu, 22 Juli 2023.
Kegiatan Pengmas ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi stunting yang diderita oleh anak-anak dan balita di Badui. Tim Pengmas juga memberikan edukasi cara mencegah stunting kepada para orangtua yang memiliki bayi di Badui.
Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menghentikan lonjakan kasus stunting yang terjadi di Badui, Banten. Tim Pengmas beserta Tenaga Kesehatan di sana juga melakukan skrining kesehatan kepada anak-anak dan balita yang teridentifikasi mengalami stunting.
"Tim pengmas turun langsung ke lapangan dengan harapan dapat melihat kondisi masyarakat Badui secara langsung dan selanjutnya memberikan penyaluran asupan protein tinggi, terdiri dari susu khusus stunting dan kombinasi multivitamin anak, yang didukung oleh Universitas Indonesia untuk susu protein tinggi dan multivitamin anak oleh PT Novell," ujar apt. Tri Wahyuni.
Tim Pengmas UI juga diberikan dukungan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Yayasan Satu Menit Untuk Ibu Indonesia (YASMUI) dan Ikatan Apoteker Indonesia dari Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia (PD IAI) Banten, Jawa Barat.
Kegiatan yang dilakukan oleh Tim Pengmas UI di wilayah Badui meliputi pengecekan kesehatan, pengukuran tinggi badan, dan berat badan. Selain itu, kegiatan ini juga diisi dengan sosialisasi dan edukasi tentang pembuatan serta pengkonsumsian susu tinggi protein dan multivitamin anak.
Menurut website Kementerian Kesehatan RI, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisir potensi stunting pada anak, yaitu, memberikan ASI eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan, memantau perkembangan anak di posyandu yang ditangani oleh bidan secara berkala, mengkonsumsi secara rutin Tablet tambah Darah (TTD) serta memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang bergizi dan kaya protein hewani untuk bayi usia di atas 6 bulan.
Poin-poin ini dicantumkan pada poster edukasi cegah stunting yang juga diberikan oleh Tim Pengmas FFUI.
apt. Tri Wahyuni juga menyampaikan harapannya terhadap pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini, "Melalui kegiatan ini, diharapkan kesadaran pemerintah pusat dan daerah, terutama di wilayah Banten, semakin meningkat dan lebih responsif terhadap masalah yang masih terkait dengan stunting.
’Dengan kerjasama yang baik, kita dapat bersama-sama menciptakan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak masyarakat di Badui." ujarnya. Redaksi JamuDigital.Com