Dewan Jamu Indonesia berkoordinasi dengan berbagai lembaga untuk bersama-sama mengembangkan Jamu di pasar nasional dan pasar global. Foto Kegiatan di Kantor Staf Presiden. |
JamuDigital.Com- MEDIA JAMU, NOMOR SATU. Masih banyan kendala yang harus diurai dan dicarikan jalan keluar, agar potensi Jamu dan Herbal Indonesia dapat menjadi komoditas ekspor yang unggul dan memberikan nilai tambah ekonomi yang signifika.
Masih dalam suasana kegemberiaan memperingati Hari Jamu Nasional 2023 (27 Mei 2027), Redaksi JamuDigital melakukan wawancara dengan Ketua Umum Dewan Jamu Indonesia (DJI), Mayor Jenderal TNI (Purn.) Dr. (H.C) dr. Daniel Tjen, Sp.N.
Wawancara ini akan dipublikasikan di JamuDigital secara serial. Untuk edisi hari ini, khusus mengupas kendala yang menghadang sehinga Jamu dan Herbal Indonesia belum optimal masuk ke pasar global!
Mayor Jenderal TNI (Purn.) Dr. (H.C) dr. Daniel Tjen, Sp.N. menguraikan kendala-kendala yang perlu secara intensif dicarikan jalan keluar secara komprehensif.
Kendala mengacu pada batasan atau pembatasan yang menghambat atau memengaruhi kemampuan untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu. "Dalam konteks aspirasi Indonesia untuk menjadi eksportir utama herbal, mungkin ada beberapa kendala yang perlu ditangani," tegas Ketua Umum Dewan Jamu Indonesia.
- Berita Terkait: Catatan Hari Jamu Nasional 2023. Ketum Dewan Jamu Indonesia: 10 Solusi Indonesia Masuk Pasar Global
- Berita Terkait: Catatan Hari Jamu Nasional 2023. Ketum GP. Jamu: Rumitnya Tantangan Jamu Masuk Pasar Global
- Berita Terkait: Presiden Jokowi dan Herbal Indonesia Mendunia
10 Kendala yang Mengambat Eskpor Jamu dan Herbal Indonesia adalah berikut ini:
1. Infrastruktur. Infrastruktur yang tidak memadai, termasuk jaringan transportasi, fasilitas penyimpanan, dan pabrik pengolahan, dapat menimbulkan tantangan dalam menangani produksi dan ekspor herbal secara efisien dan efektif. Infrastruktur yang tidak memadai dapat menyebabkan penundaan, peningkatan biaya, dan kualitas yang terganggu.
2. Kontrol Kualitas. Memastikan kualitas yang konsisten dan kepatuhan terhadap standar internasional dapat menjadi kendala. Kurangnya mekanisme kontrol kualitas yang kuat, fasilitas pengujian, dan proses sertifikasi dapat menghambat kemampuan untuk memenuhi persyaratan ketat pembeli internasional.
3. Penelitian dan Pengembangan: Investasi terbatas dalam penelitian dan pengembangan untuk budidaya 11 herbal, teknik pengolahan, dan pengembangan produk bernilai tambah dapat menghambat inovasi dan kemampuan untuk menghasilkan herbal unik dan bernilai tinggi yang menonjol di pasar global.
4. Regulasi. Peraturan yang kompleks dan rumit, termasuk prosedur impor / ekspor, sertifikasi, dan persyaratan kepatuhan, dapat menghambat kelancaran arus ekspor herbal. Kebijakan yang tidak konsisten atau ambigu dapat menciptakan ketidakpastian dan menghambat investasi di industri herbal.
5. Akses Pasar. Akses terbatas ke pasar internasional, termasuk hambatan perdagangan, tarif, dan hambatan non-tarif, dapat membatasi kemampuan untuk menembus dan memperluas di pasar global. Kurangnya intelijen pasar dan informasi tentang preferensi konsumen juga dapat menimbulkan tantangan dalam menargetkan dan mempromosikan herbal Indonesia secara efektif.
6. Keberlanjutan dan Masalah Lingkungan. Praktik pertanian yang tidak berkelanjutan, deforestasi, dan pemanenan herbal yang berlebihan dapat memiliki dampak lingkungan negatif dan merusak kelangsungan hidup industri jangka panjang. Menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan pelestarian lingkungan sangat penting untuk produksi herbal yang berkelanjutan.
7. Dukungan Keuangan. Akses terbatas ke sumber daya keuangan, termasuk kredit, pinjaman, dan modal investasi, dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan budidaya herbal, pengolahan, dan infrastruktur ekspor. Dukungan keuangan yang tidak memadai dapat menghambat adopsi teknologi dan praktik modern.
8. Keterampilan dan Kesenjangan Pengetahuan. Pelatihan dan pendidikan yang tidak memadai dalam budidaya herbal, pengolahan, dan praktik ekspor dapat membatasi kemampuan untuk menghasilkan herbal berkualitas tinggi dan secara efektif menavigasi kompleksitas pasar global. Inisiatif pengembangan kapasitas dan transfer pengetahuan sangat penting untuk mengatasi kendala ini.
9. Persaingan Indonesia menghadapi persaingan dari negara-negara pengekspor herbal lainnya, beberapa di antaranya mungkin telah membangun kehadiran pasar, pengenalan merek, dan keunggulan kompetitif. Membedakan rempahrempah Indonesia dan membangun proposisi nilai yang unik dapat menjadi tantangan di pasar yang ramai.
10. Kesadaran Budaya dan Perlindungan Kekayaan Intelektual. Melindungi pengetahuan tradisional, warisan budaya, dan kekayaan intelektual yang terkait dengan ramuan Indonesia dapat menjadi kendala. Memastikan bahwa pengetahuan tradisional dihormati, dilestarikan, dan diberi kompensasi yang adil sambil mencegah penyalahgunaan dan penggunaan yang tidak sah sangat penting. Mengidentifikasi dan mengatasi kendala ini melalui kebijakan, investasi, dan kolaborasi yang ditargetkan akan sangat penting untuk mengatasi tantangan dan membuka potensi penuh Indonesia sebagai eksportir herbal.
"Mengidentifikasi dan mengatasi kendala ini melalui kebijakan, investasi, dan kolaborasi yang ditargetkan akan sangat penting untuk mengatasi tantangan dan membuka potensi penuh Indonesia sebagai eksportir herbal," Mayor Jenderal TNI (Purn.) Dr. (H.C) dr. Daniel Tjen, Sp.N megingatkan.
Edisi berikutnya akan mengupas Terobosan Menuju Pasar Global! Redaksi JamuDigital.Com