BRIN: Tanaman Obat Indonesia Memiliki Potensi Besar Untuk Dikembangkan
Tanggal Posting : Rabu, 18 Oktober 2023 | 09:18
Liputan : Redaksi JamuDigital.com - Dibaca : 1045 Kali
BRIN: Tanaman Obat Indonesia Memiliki Potensi Besar Untuk Dikembangkan
Berikut ini beberapa tanaman obat yang telah berhasil BRIN kembangkan sebagai obat alami.

JamuDigital.Com- MEDIA JAMU, NOMOR SATU. Kekayaan biodiversitas Indonesia yang sangat tinggi memiliki potensi besar untuk pengembangan obat dari produk bahan alam. Tumbuhnya keinginan masyarakat untuk Back to Nature tentu mendorong pemanfaatan herbal. Utamanya untuk kesehatan serta membutuhkan penguatan kajian, studi, dan penelitian herbal oleh para ilmuwan.

Hal tersebut disampaikan oleh Sofa Fajriah selaku Kepala Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional (PR BBOOT) Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), pada Webinar Bincang Riset VII mengusung tema Tumbuhan dan Ramuan Tradisional untuk Kesehatan Masyarakat, menghadirkan narasumber yang berkompeten di bidangnya secara virtual, pada Kamis, 12 Oktober 2023.

"Adanya peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan berpengaruh pula pada penggunaan obat herbal yang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia secara turun menurun" tambah Sofa.

"Hal ini dilakukan oleh masyarakat tentunya karena khasiatnya sudah terbukti dapat menyembuhkan penyakit, lebih murah, dan efek sampingnya juga lebih kecil, bahkan hampir tidak ada. Semoga webinar ini dapat menambah pengetahuan kita," tandasnya.

Dilansir dari website BRIN, Suharmiati peneliti PRBBOOT BRIN  dalam paparannya menjelaskan, etnofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kegunaan tanaman yang memiliki efek farmakologi. Di samping itu juga memiliki hubungan dengan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan oleh masyarakat atau suku.

"Kencing manis atau Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah. Utamanya disebabkan kurangnya produksi hormon insulin atau fungsi hormon insulin yang kurang baik. Sehingga proses transport glukosa ke dalam sel untuk diproses menjadi energi, akan terganggu," ucapnya.

Suharmiati mengungkapkan hasil analisis data Ristoja 2015 dan 2017 dari Kementerian Kesehatan diketahui terdapat 10 tanaman terbanyak yang digunakan Penyehat Tradisional (Hattra) untuk mengobati DM yaitu sambiloto (Andrographis paniculata), pinang (Areca catechu), brotowali (Tinospora cordifolia), sirsak (Annona muricata), jengkol (Archidendron jiringa), jamblang (Syzygium cumini), salam (Syzygium polyanthum), petai cina (Leucaena leucocephala), sirih (Piper bettle), dan temulawak (Curcuma zanthorrhiza).

Dari hasil penelitian yang dilakukannya, dapat disimpulkan TO yang digunakan oleh Hattra untuk mengobati DM ada 76 famili. Terbanyak dari famili Fabaceae dan spesies terbanyak yang digunakan yaitu Andrographis paniculata dan Areca catechu.

Narasumber berikutnya, Lucie Widowati Peneliti PRBBOOT BRIN mengungkapkan, data Kementerian Kesehatan pada 2019 terdapat 88.920 Hattra di Indonesia, yang meliputi Hattra ramuan dan keterampilan.

"Dari 34 provinsi di Indonesia terdapat 405 etnik, dan dari data sampel Hattra Riset Tumbuhan Obat dan Jamu Pulau besar 2012, 2015, dan 2017, Sulawesi merupakan pulau yang paling tinggi penggunaan tanaman obat (23%). Sedangkan Sulawesi Utara sebagai provinsi yang memanfaatkan toga (tanaman obat keluarga) dengan cukup tinggi," tambahnya.

Dirinya mengutarakan, untuk Prevalensi (per mil) Kanker berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk Semua Umur menurut Provinsi, Riskesdas 2018 di Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera, serta Gorontalo paling tinggi yaitu sebanyak 2,44%.

"Data untuk kanker dari etnomedicine umumnya tidak menjelaskan penggunaan kanker jenis yang mana. Hanya 5 dari 10 tanaman obat yang banyak digunakan untuk kanker, mempunyai data empiris yang sesuai dengan klaim yaitu Loranthus sp., Morinda citrifolia L., Phaleria macrocarpa Schef. Boerl., Euphorbia hirta L, dan Mimosa pudica L," paparnya.

Dirinya menguraikan, tanaman obat untuk kanker yang digunakan oleh Hattra baik yang mempunyai data empiris maupun tanpa data empiris, sudah mempunyai data ilmiah yang mendukung klaim. 

"Dari 378 jenis tanaman obat yang digunakan untuk mengobati tumor dan kanker, masih ada 24 jenis yang bisa ditambahkan. Sayangnya, sampai saat ini belum dapat diidentifikasi tanaman obat tertentu asli Sulawesi, namun karena penggunaannya yang jarang, maka belum teridentifikasi secara spesifik," tuturnya.

Sudibyo Supardi Peneliti PRBBOOT BRIN sebagai narasumber ketiga memaparkan, pengertian sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Keluhan sakit berkaitan dengan gangguan psikososial yang dirasakan, sedangkan penyakit berkaitan dengan gangguan pada organ tubuh berdasarkan diagnosis medis.

Pengobatan sendiri dalam pengertian umum adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk mengobati diri sendiri menggunakan obat, obat tradisional, atau cara lain tanpa nasihat tenaga kesehatan.

"Tujuan pengobatan sendiri untuk peningkatan kesehatan, pengobatan sakit ringan, dan pengobatan rutin penyakit kronis setelah perawatan dokter. Penggunaan obat tradisional dalam upaya pengobatan sendiri terus meningkat selama kurun waktu tujuh tahun, yaitu pada 2000 sampai 2006 dari 15,2% menjadi 38,3%," urainya.

Sudibyo juga mengatakan, obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, ekstrak, atau campuran dari bahan tersebut yang digunakan untuk pengobatan secara turun temurun. Hal ini dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.

"Belum diketahui perilaku masyarakat dalam menggunakan tanaman obat yang ada di sekitarnya dalam upaya pengobatan sendiri. Diperlukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui penggunaannya. Menilai hubungan antara kelompok umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal dan penggunaan tanaman obat sebagai jamu buatan sendiri," ujarnya.

Dari hasil penelitiannya, Sudibyo membeberkan, responden terbesar menggunakan jamu buatan sendiri yang berasal dari tanaman obat sebanyak 54,2%. Jenis tanaman obat yang paling sering digunakan, meliputi kunyit, kencur, jahe, asem, temulawak. Dengan bentuk sediaan jamu rajangan sebesar 71,2%, dan yang direbus terlebih dahulu sebanyak 78,7%.

"Sedangkan tujuan penggunaan jamu menjaga kesehatan/promotive yaitu 78,8%, mendapatkan sumber informasi kegunaan jamu dari lingkungan sebanyak 73,1%. Frekuensi penggunaan jamu kalau ada keluhan saja 69,2%.

Kemudian sumber jamu persentase terbesar berasal dari pekarangan/kebun/ pasar sejumlah 71,2%. Biayanya maksimum Rp. 5000,- sekali minum sekitar 51,9%, dan setelah minum jamu berasa manfaatnya terdapat 90,4%, serta tidak merasakan efek samping sejumlah 96,2%," pungkasnya.

Webinar ini juga mengundang  dengan materi "Pengembangan produk berbasis tumbuhan obat dan pengetahuan tradisional dalam perspektif industry, moderator Slamet Wahyono, peneliti PRBBOOT BRIN. Redaksi JamuDigital.Com


Kolom Komentar
Berita Terkait

JAMU DIGITAL: MEDIA JAMU, NOMOR SATU

Tentang Kami

@ Copyright 2024. All Right Reserved.  www.jamudigital.com

  Link Media Sosial Jamu Digital: