Alasan Periset BRIN Tertarik Tekuni Riset Senyawa Obat dari Bahan Alam Indonesia
Tanggal Posting : Jumat, 3 Mei 2024 | 10:20
Liputan : Redaksi JamuDigital.com - Dibaca : 400 Kali
Alasan Periset BRIN Tertarik Tekuni Riset Senyawa Obat dari Bahan Alam Indonesia
Abdi Wira Septama, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional menerima penghargaan dari BRIN.

JamuDigital.Com- MEDIA JAMU, NOMOR SATU. Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional, Abdi Wira Septama memiliki ketertarikan tersendiri untuk menekuni penelitian mengenai senyawa obat dari tanaman yang tumbuh di Indonesia.

Rasa keingintahuannya yang besar itulah yang membuatnya tergerak, hingga mendapatkan penghargaan sebagai peneliti berkinerja tinggi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Penghargaan itu diberikan saat peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ketiga BRIN yang diselenggarakan di Gedung BJ Habibie, Jalan MH Thamrin, Jakarta pada Minggu, 28 April 2024. 

Pria kelahiran Sungai Penuh, 12 September 1984 itu mengaku mulai tertarik terhadap riset bahan baku obat sejak dia kuliah S1 Farmasi di Universitas Sumatera Utara hingga kemudian dirinya menjadi Asisten Dosen.

Ketertarikan itu bertambah saat dirinya melanjutkan studi S2 Pharmacy di Universitas Kebangsaan Malaysia dan S3 Pharmaceutical Sciences di Prince of Songkla University. Dia melihat peneliti merupakan profesi yang bisa memecahkan permasalahan terutama di bidang kesehatan. 

"Salah satu hal yang menarik bagi saya adalah mengenai penyakit infeksi yang menjadi concern saya terutama terhadap mikroba dan parasit. Karena ini memerlukan alternatif bahan lain, dan ini memunculkan rasa keingintahuan saya untuk menemukan bahan-bahan alternatif dari tanaman herbal di Indonesia untuk pengobatan, dan tidak lagi bergantung dari bahan-bahan kimia," ucapnya.

Dikutip dari artikel BRIN, Abdi menjelaskan bahwa resistensi antimikroba bisa memunculkan dampak luas bagi bagi masyarakat, baik dari faktor ekonomi dan ketahanan nasional. Sehingga riset ini sangat penting agar penyakit yang ditimbulkan tidak berakibat fatal.

Maka dari itu, dia fokus dalam melakukan penemuan senyawa obat dari tanaman herbal untuk bahan baku obat antimikroba dan antibiotik. "Apalagi negara kita kaya dengan sumber daya alam. Dan tanaman khas herbal seyogyanya bisa dimanfaatkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor," katanya.

Lebih jauh, permasalahan ketergantungan bahan baku obat terhadap impor puncaknya dirasakan pada saat covid terjadi. Di mana bahan baku obat dari luar negeri sulit didapatkan. Dari permasalahan tersebut untuk mencegah ketergantungan terhadap impor, kemudian dia bertambah serius untuk menggali kekayaan sumber daya alam di Indonesia.

"Indonesia memiliki potensi yang besar yang perlu dikembangkan dalam pemanfaatan biodiversitas, banyak potensi yang dapat digunakan. Saya sendiri fokus dalam melakukan riset pada pemanfaatan bahan alam untuk obat penyakit infeksi," ucapnya. 

Diakuinya, dalam melakukan riset bahan baku obat tidak mudah, butuh 10-20 tahun agar mampu menghasilkan obat secara komersial dan dapat digunakan untuk masyarakat.

"Riset ini memang memiliki tahapan yang panjang, dari mulai eksplorasi, rangkaian pengujian sampai siap diproduksi dan digunakan oleh pasien. Maka upaya yang kami lakukan adalah memperkuat riset dasar, hingga mengembangkan paten dan mencoba menawarkan ke industri untuk bisa dikembangkan menjadi produk," terangnya.

Oleh karena itu, Abdi mengutarakan harapannya untuk meningkatkan sinergi dan kolaborasi di antara berbagai pemangku kepentingan. Hal ini karena riset obat termasuk dalam riset yang kompleks. Menurutnya, riset dalam bidang ini melibatkan banyak aspek yang tidak dapat ditangani sendirian oleh satu peneliti, melainkan memerlukan kontribusi dari berbagai pihak.

"Saya sangat-sangat apresiasi dengan pemerintah sekarang, karena kesadarannya sendiri terhadap potensi bahan baku obat kita terutama untuk obat-obat tradisional itu sangat besar. Mungkin harapan saya sendiri sebagai periset di bahan baku obat dan obat tradisional ini lebih ke arah sinergis dan kolaboratif. Artinya, riset ini sangat kompleks, tidak hanya peneliti sendiri yang melakukan penelitian, namun ada juga bagian-bagian lain seperti perizinan dari Badan POM dan kementerian lainnya," sebutnya.

Kembangkan Prototipe Hidrogel dari Temulawak untuk Obat Penyakit Infeksi

Perlahan tapi pasti, kerja keras Abdi Wira Septama dalam melakukan riset mengenai senyawa obat dari tanaman endemik di Indonesia. Usahnya mulai menemukan hasilnya. Dia bersama kelompok risetnya saat ini tengah mengembangkan prototipe hidrogel yang berasal dari temulawak. Hidrogel ini dapat digunakan untuk obat penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri, seperti luka diabetes, luka bakar, hingga luka bekas operasi. 

"Jadi hasil riset saya secara in vitro itu dapat dilihat bahwa minyak-minyak esensial oil dari tanaman-tanaman jahe-jahe seperti temulawak itu mempunyai aktivitas yang menghambat perkembangan dari bakteri-bakteri penyebab luka infeksi tadi. Jadi lebih banyak ke arah penyembuhan luka dan penyembuhan luka infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Seperti luka hasil bedah ataupun luka diabetes ya, orang-orang yang terkena diabetes itu kan rentan terhadap luka," ungkapnya.

Lebih jauh, Abdi menjelaskan dari riset tersebut kemudian pihaknya mencoba mengembangkan suatu produk hidrogel yang nantinya bisa menutup luka tersebut, supaya tidak terjadi infeksi dan menjaga perkembangan infeksi.

"Hidrogel ini sekarang masih dalam tahapan prototipe. Masih paten terdaftar sih. Kita sudah daftarkan patennya tahun lalu. Jadi mungkin setelah patennya itu mungkin kita coba kembangkan pengujian tingkat lanjut mungkin kita menggunakan model hewan infeksi," ujarnya.

Dijelaskannya, untuk penggunaannya hidrogel sendiri akan lebih sederhana dan lebih mudah dibandingkan penggunaan secara oral. "Jadi karena ini bentuknya minyak, ini kan untuk penggunaan di luar, jadi tidak harus dimakan. Cukup kita tempelkan saja atau kita oleskan saja pada bagian yang terluka. Nanti luka tersebut bisa sembuh," terangnya.

Langkah selanjutnya, dia berharap pengembangan hidrogel ini akan berlanjut pada tahap uji coba menggunakan model hewan. "Jadi kita ada pendanaan kita akan melanjutkan pada tahap uji coba ada hewan. Kita lukain hewannya, kita lihat seberapa cepat luka tersebut sembuh setelah kita oleskan hidrogel yang mengandung minyak esensial tadi," ucapnya.

Riset bahan baku obat rupayanya tidak berasal dari hasil eksplorasi tanaman, namun juga bisa berasal dari pengetahuan masyarakat lokal. Melalui penelitiannya, Abdi tidak hanya melakukan eksplorasi tanaman-tanaman tersebut, tetapi juga membaca dan mengumpulkan informasi kearifan lokal mengenai pemanfaatan tanaman obat dari masyarakat setempat.

Metode penelitian Abdi melibatkan pengujian aktivitas tanaman obat di laboratorium untuk mengetahui apakah penggunaan empiris oleh masyarakat tradisional memiliki dasar saintifik. Salah satu contoh yang dibahas adalah penggunaan tanaman oleh masyarakat asli di suku kedalaman dan suku anak dalam di Jambi.

Selain itu, penelitian Abdi yang lainnya adalah kerja sama dengan tim di Sumatera Utara mengenai penggunaan tanaman obat dari suku Nias.

Mereka mengumpulkan beberapa sampel tanaman obat yang biasa digunakan oleh masyarakat setempat untuk diuji aktivitasnya di laboratorium. Hasilnya menunjukkan bahwa beberapa tanaman tersebut memiliki aktivitas sebagai antibakteri, anti-infeksi, anti-oksidan, dan lainnya.

Abdi juga telah melakukan penelitian serupa di Kalimantan, bekerja sama dengan Universitas Mulawarman, untuk mengeksplorasi tanaman obat tradisional yang digunakan untuk mengatasi penyakit infeksi. Beberapa contoh tanaman yang dibahas adalah tanaman dari famili Artocarpus seperti nangka dan cempedak, serta tanaman tinggi seperti tunasureni dan daun sungkai.

Abdi berharap dengan penelitian yang dilakukan ini dapat berkontribusi dalam menggali potensi tanaman obat tradisional sebagai alternatif pengobatan yang berkelanjutan dan berbasis ilmiah bagi masyarakat Indonesia.

Temuan ini juga diharapkan dapat menjadi landasan untuk pengembangan lebih lanjut dalam bidang kedokteran herbal dan farmasi, serta menjaga keanekaragaman hayati Indonesia. Redaksi JamuDigital.Com


Kolom Komentar
Berita Terkait

JAMU DIGITAL: MEDIA JAMU, NOMOR SATU

Tentang Kami

@ Copyright 2024. All Right Reserved.  www.jamudigital.com

  Link Media Sosial Jamu Digital: